By. Nani
Cahyani
Telah
kuceritakan berkali kali banyak kisah yang kutemui ditiap harinya, kisah dari
kota Makassar hingga proses indah menuntaskan study S2 dikota Makassar. Mereka-mereka yang dalam
perjalanan ku dipertemukan dengan banyak orang
yang menginspirasi dan merubah cara pandangku terhadap hidup.
Meraih apa
yang ku impikan adalah hal yang teramat prestius walau ketika terbentur dengan
sedikit keruh pemikiran yang tak sejalan.
Namun langkah tak boleh terhenti, music harus terus mengalun, nyanyian
mesti selalu berwarna warni hingga tak merasa buntu membiarkan diri bermanja
manja dengan sang elok rhythm sembari terus memahami makna dari tiap kata.
Memaknai kata
sebagai kata atau mengetahui kenangan selalu ditulis untuk menyegarkan ingatan
tentang mereka-mereka yang menginspirasi. Tulisan kali ini barulah kumulai
dengan menulis nama baruga La Ode Malim Unidayan sebagai yang mengawali
pikiranku hari ini. Nama ini setiap harinya selalu ku baca setiap kali melewati
baruga di Unidayan betapa tidak nama La Ode Malim dalam fikiranku awalnya
hanyalah nama, hingga akhirnya pikiranku menertawakanku. Nama itu sungguh yang
membakar jiwa untuk percaya pada kehebatan diri sendiri.
Menelusuri
kisah Bapak La Ode Malim dari tutur ibuku yang kata ibu: “La Ode Malim adalah
sosok yag cerdas karena beliau menguasai beberapa bahasa (masih menurut ibuku)”.
Hingga percakapan percakapan ringan dengan staff administrasi yang menceritakan
bahwa bapak La Ode malim adalah pendiri universitas Haluoleo dan pernah
menjabat rektor universitas Haluoleo benakku bergumam mulai merasa kagum pada
sosok beliau yang tidak pernah kutemui namun dari tuturan ibuku dan beberapa
orang yang kuajak bercerita mereka bercerita tentang semangat beliau dalam menulis
ditahun 60 dan 70 an hingga tahun 1980 beliau sudah menghasilkan karya sastra
yang menarik.
Salah satu
tulisan beliau dibukukan dan menjadi koleksi perpustakaan Leiden dibelanda,
saya pernah membaca blog pusat studi wakatobi yang menceritakan pengalamannya
saaat berada diperpustakaan Leiden dan membaca karangan beliau. Kutipan yang
menarik berikut ini mengisahkan kemampuan beliau merangkai kata dan merayu
nalar untuk memuji:
,“
Kalau engkau bertumbuh terus tak terusik, sekurang-kurangnya engkau akan lebih
dari kini. Itu yang kukehendaki supaya engkau ketahui dengan nyata! Di dirimu
ada benih yang besar. Tumbuhkanlah! Dan tunas-tunasmu yang telah tumbuh dahulu,
segarkanlah!.
Kutipan ini buatku bermakna tentang hebatkanlah
dirimu dan kelak kau pun bisa menghebatkan bangsamu, dalam bahasa sederhana
bermakna mengintropeksi diri terlebih dahulu hingga diri selalu berbenah untuk
menjadi lebih baik.
Dalam
blog pusat studi wakatobi dan blog yusran darmawan timurangin menceritakan
pertemuan mereka tanpa sengaja dengan buku karangan bapak La Ode Malim
diperpustakan Leiden Belanda dan pencarian yusran darmawan diperpustakan Alden
Universitas Ohio di Amerika (baca:
Mencari Pustaka Buton Di Amerika http://www.timur-angin.com/2011/09/mencari-pustaka-buton-di-amerika.html
)
Saya
hanya berusaha menceritakan kekaguman saya terhadap bapak La Ode Malim, walau
tak bertemu secara langsung tapi dari pertemanan dengan ibu Dina (anak bungsu
beliau) merefleksikan sosok ayahnya yang merendah hati tergambar dari kisah
tentang ayahnya yang tidak pernah diceritakan ke saya hingga saya yang
memintanya menceritakan apa yang dia tahu tahu tentang ayahnya.
Saya menarik kesimpulan kita
mungkin mengenal begitu banyak penulis, pemikir, kaum intelek tapi buku karangan bapak La Ode Malim
terabadikan di perpustakaan universitas dieropa dan amerika yang karyanya
menjadi referensi untuk tulisan-tulisan ilmiah mereka yang menjadikan
pengetahuan mesti terabadikan dengan cara yang elegant.
Semoga kita tidak menjadi bangsa
yang berkoar koar menggeram marah ketika karya tercaplok oleh bangsa lain hanya
karena kita menjadi generasi yang acuh.
Langit
Baubau, 20 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar