By.
Nani Cahyani
Illustrasi 1 |
illustrasi 2 |
Dengan sigap kumunculkan beberapa gambar point point
penting slides yang kumunculkan mulai dari budaya unik dan keterhubungan
sejarah yang menyatukan suku suku dikota Baubau hingga kisah tentang ketenaran
dan popularitas gadis yang kukisahkan dalam novel terbaruku. Hingga sesi
bertanyapun dibuka banyak pertanyaan yang memuji bahwa tulisanku seperti
konektifitas yang menyatukan segalanya, ada yang mengatakan bahwa seharusnya
tulisanku berakhir dengan bahagia, diantara sekian pujian dan pertanyaan ada
satu yang mengangguku ketika berada dimimbar itu sebuah pandangan mata yang
buatku berdebar tiap kali bertatap mata dengan sang pemilik mata itu, ia tepat
duduk dibagian belakang ruangan. Dan tiba-tiba ketika yang lain hening dia
meminta berbicara padaku.. ,“Anna anda
penulis yang mestinya tak perlu menceritakan diri sendri dengan bangga dalam
tulisanmu, karena tulisanmu hanya sebarit kertas yang sebenarnya bermakna
ketika bahasanya universal.” Terimakasih sembari lelaki itu duduk kembali,
sayapun menjawab komentarnya dengan berterimakasih terlebih dahulu dan dengan
memberi sedikit sanggahan dan penjelasan terlihat lelaki itu menganggukkan
kepalanya dan tersenyum.
Pantai Nirwana, Baubau |
Cahaya mata lelaki itu hadir dan tiap kali hadir debarku
tak beraturan.. ah diriku tak percaya pada kisah yang hanya sekali bertemu dan
hatimu telah tertambat pada cahaya indah mata itu. Dan dirikupun menyadari
bahwa Karel haruslah menjadi pelabuhan terakhir ku. Hingga dirikupun
menyibukkan diri dengan tulisan-tulisan dan kembali berada dipantai Nirwana,
malam itu dirikupun kembali mengunjungi pantai Nirwana menuju ketempat biasa
jika diriku menyendiri.. tapi pandangan mataku tertuju pada lelaki yang duduk
dengan entengnya ditempat yang biasanya kududuki dirikupun tak menganggu lelaki
itu membiarkannya mengambil tempatnku. Hingga mungkin lelaki ini menyadri bahwa
pandangan mataku tertuju padanya, hingga ia menoleh padaku dan saat mataku
bertemu matanya walau dalam gelap nampak jelas dia yang memiliki mata yang buat
debarku tak beraturan kemarin saat bedah buku. Lelaki itupun terkejut saat
melihatku dan dengan cepat cepat iapun berdiri menyapaku “Anna yang kemarin saat bedah buku”.? Saya Alex, oh ya saya peminat
karya karya mu”. Senyum manis Alex menambah debarku tak beraturan sesaat
kunikmati senyum itu seperti keteduhan yang teramat sangat”. Mataku tak
berkedip memandang pemilik mata yang teduh itu. Hingga Alex manyadari bahwa
diriku terus memandangnya saat berkata hingga ia pun berguman “mmmmm maaf dirimu Anna” sambil ia
menyodorkan tangannya dan akupun seperti kaget dan berkata “owh,, iya saya Anna yang kemarin
pertanyaanmu kemarin memang benar tapi mungkin terlalu subjective hanya etisnya
saya tidak mungkin menyanggah didepan public” entah mengapa jawabanku
terdengar sangat intelek seperti diriku berusaha membuat Alex terkesima padaku.
Malam itu tepi pantai dan debur ombak terus bermain-main aku dan Alex mungkin
bisa menjaga jarak walau tak terpungkiri pertemuan-demi pertemuan antara kami
terus terjalin hingga karel pun terabaikan. Kegilaan dan khayalan khayalan Alex
sangat menyeanangkan buatku, dia membuatku merasakan makan es berjalan diatas
trotoar menjadi diriku melupakan kendaraanku yang selalu menunjukkan statusku
saat berjalan, Alex membuatku tersenyum setiap saat ketika kami berteriak
bersama-sama dipantai saat malam dan bergenggaman tangan, Alex mengajarkanku
kegilaan yang bebas saat bersama anak-anak kecil yang bermain air dikala hujan
dipinggir sawah, tak ada kata cinta terucap karena bagiku tak boleh mencintai
Alex ketika Karel dengan kesibukannya sesaat melupakanku. Tapi seperti itu
perasaan lepas Alex.., ia hanya selalu tertawa bahagia dan dirikupun ikut
tertawa bahagia saat Alex menceritakan bahwa mimpinya hanya ingin mengitari
dunia sesudahnya ia ingin mempunyai sebuah rumah didepan danau..hingga kamipun
tertawa saat tak sadar Alex memelukku hingga ia sadar dan melepaskan
pelukannya. Entah mengapa diriku menikmati pelukannya tapi bukan perasaan yang
terkotori fikiran fikiran picik namun perasaan nyaman saat membiarkan kepalaku
terbenam dalam peluknya. Alex yang beriku dunia tawa atau karel yang beriku
dunia yang penuh aturan.. entahlah….
To be continued.. bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar