By.
Nani Cahyani
Illustration 1: Thomas and Dewi |
Setapak
itu masih sama ketika kuleawati, ada guratan tulisan kecil di pohon yang
rindang di tepi setapak, ya tulisan itu Thomas and Dewi, dua nama yang aku tak
tahu siapa. Seperti biasa aku melewati setapak itu tapi hari itu terik
matahariku buatku berhenti melangkahkan kaki lantas akupun berhenti
melangkahkan kaki lantas aku pun berteduh dibawah rindang pohon sambil mengibas
ngibaskan kertas yang berada dalam genggamanku kewajahku sekedar mengusir rasa
panas yang memenuhiku, tepat dibawah tulisan Thomas dan Dewi. Aku sedikit
membenci nama itu karena mereka menyakiti pohon menggoresi lantai menyayat
irisan nana mereka, ah 2 pecinta yang tak bermakna siapa siapa buatku.
Terik disiang itu membuatku sadar aku harus
beranjak pergi dari pohon ini sebelum hujan menyapaku mengingatkanku
berlalulah. Akupun bersiap-siap melangkah ah.. titik hujan satu..dua.. lantas
beribu titik hujan membasahi wajahku ketika beberapa langkah kecilku berlari
meninggalkan pohon rindang disamping setapak. Akupun mengurutkan niatku berlari
dari pohon rindang itu, ah pohon rindang itu seolah memanggilku “kau tetaplah disini”. Rintik hujan
bermain main diatas daun daun pohon, menghiburku untuk betah tinggal sesaat
disitu.
Karena
lelahnya aku bersandar di pohon rindang yang walau waktu telah mengikis usianya,
ia masih sangatlah rindang dan menyejukkan. Akupun memejamkan mata hingga ada
dua orang yang ada di dekatku, mereka seakan muncul dari arah yang tidak
disangka sangka dari mana arahnya. Pakaian mereka seperti pakain orang eropa belanda yang aristokrat memegang
lembut jemari wanita berparas seribu bulan bertaut aura cantik yang
menggetarkan siapapun yang melihatnya. Lelaki itupun begitu, wajahnya eropa
yang elegant. Ah… mereka berdua perpaduan kesempurnaan barat dan timur tapi
pakaian yang mereka kenakan dimataku tak lazim, dizaman gaun panjang yang
dikenakan wanita itu menunjukkan pakaian yang tak ada ditahun sekarang very old
fashion dan sekelilingkupun seperti taman bersetting beberapa abad, tak ada
setapak. Didepanku yang ada hanya taman yang indah, bersahut sahutan burung
bercicit hinggap dari satu bunga ke bunga yang lainnya dan suara air beberapa
meter dari dari pohon tempatku berteduh.
Percakapan
keduanya pun terdengar sedih ketika lelaki eropa itu berkata “bangsaku menaruh harapan besar padaku untuk
memenangkan semuanya disini” .sambil menyeka titik bening yang mengalir
dari bening mata wanita didepannya, lelaki eropa itupun berkata mau kah dirimu
menunggu dibawah rindang pohon ini kala desember awal kita berjumpa, dan hari
itu akan mempertemukan kita kembali. Wanita berparas seribu bulan bertaut
itupun mengangguk, lelaki eropa ini pun merengkuhnya kedalam pelukannya hingga
titik titik hujan pun menjadi alunan irama hati keduanya.., setelah melepaskan
gundah keduanya, lelaki ini pun mengambil sebuah batu kecil yang ujungnya agak
tajam dan ia pun mulai mengukir diatas pohon itu, ya.. ia mengukir nama Thomas
dan Dewi dalam kurungan symbol hati dan mengunci kedua nama itu. Senyum bahagia
keduanya pun seketika hadir buatku ketika mereka pun menyentuh pundak ku dan
tetap tersenyum lembut padaku. Wanita yang disampingnya tak sedari tadi tak
berkata apapun tiba-tiba membuka suara “Arkin
lihat dirimu sudah dewasa” lihatlah buku tua yang ayah dan ibumu simpan
diatas attic tua dibelakang sungai athoseme.
Illusration 2: Arkin and book in the attic |
Merekapun
lenyap dari pandanganku, dan seketika dirikupun sadar bahwa aku telah tertidur
dan mimpi kecilku seperti nyata. Dengan tak menyia-yiakan waktu akupun terus
berlari-lari meninggalkan setapak dan pohon rindang di tepi setapak tak jauh
sekitar beberapa ratus meter memang ada tempat peristirahatan keluargaku diatas
bukit kecil ini sebuah villa keluarga yang cukup tua. Ya hari ini saya dan
keluarga ku datang mengunjungi daerah yang membuat kami merasa betah jauh dari
kota yang cukup bising dengan kendaraan yang tak pernah berhenti berlalu lalang
setiap saatnya. Namun tadi kutinggalkan ayah dan ibuku, karena pemadangan indah
dibwah bukit menarik minatku untuk melukis indahnya di atas kertas yang
kugengggam tadi.
Tak
menyia-nyiakan waktu setelah tiba divilla tempat keluargaku menginap, akupun
menuju mencari attic tua tempat mimpi anehku muncul dan disitu diriku menemukan
sebuah buku kecil yang cukup berdebu dan debunya cukup membuatku batuk batuk
saat meniup debunya. Akupun dengan cepatnya membuka halaman pertama dengan
sangat hati hati dan tepat dihalaman pertama diriku menemukan foto Thomas dan
Dewi keduanya tersenyum dan halaman kedua nya ada foto pohon tempat diriku
berteduh dan semuanya foto hitam putih, terus tanganku tak sabar membuka
halaman ketiga dan keempat hingga pada halaman ke empat foto kakekku yang
memang berwajah blasteran, kakekku adalah anak Thomas dan Dewi. Diriku pun tak
sanggup berkata kata berarti diriku punya hubungan yang dekat beberapa generasi
dari Thomas dan Dewi. Di akhir halaman ada tulisan yang menyentuh hatiku
terdalam ada tulisan indah eropa yang ditulis tangan oleh Thomas,
“jika kelak ada generasi berikutnya
dari kita namailah ia Arkin, karena ia akan selalu menjadi raja untuk dua hati
kami. Ia akan mengajari cinta untuk semua hati.”
Ya
namaku Arkin dalam bahasa Norwegia artinya Raja..
Dari
Thomas dan Dewi..
Tulisan ini hadir ketika
keinginan mengerjakan tugas belum hadir, tulisan membrainstorming fikiranku,
waktunya mengerjakan tugas final project paraphrase semangatJ
Langit Makassar, 23rd
of November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar