Sabtu, 23 November 2013

ATHOSOME RIVER


By. Nani Cahyani
 
Illustration 1: Thomas and Dewi

Setapak itu masih sama ketika kuleawati, ada guratan tulisan kecil di pohon yang rindang di tepi setapak, ya tulisan itu Thomas and Dewi, dua nama yang aku tak tahu siapa. Seperti biasa aku melewati setapak itu tapi hari itu terik matahariku buatku berhenti melangkahkan kaki lantas akupun berhenti melangkahkan kaki lantas aku pun berteduh dibawah rindang pohon sambil mengibas ngibaskan kertas yang berada dalam genggamanku kewajahku sekedar mengusir rasa panas yang memenuhiku, tepat dibawah tulisan Thomas dan Dewi. Aku sedikit membenci nama itu karena mereka menyakiti pohon menggoresi lantai menyayat irisan nana mereka, ah 2 pecinta yang tak bermakna siapa siapa buatku.
 Terik disiang itu membuatku sadar aku harus beranjak pergi dari pohon ini sebelum hujan menyapaku mengingatkanku berlalulah. Akupun bersiap-siap melangkah ah.. titik hujan satu..dua.. lantas beribu titik hujan membasahi wajahku ketika beberapa langkah kecilku berlari meninggalkan pohon rindang disamping setapak. Akupun mengurutkan niatku berlari dari pohon rindang itu, ah pohon rindang itu seolah memanggilku “kau tetaplah disini”. Rintik hujan bermain main diatas daun daun pohon, menghiburku untuk betah tinggal sesaat disitu.
Karena lelahnya aku bersandar di pohon rindang yang walau waktu telah mengikis usianya, ia masih sangatlah rindang dan menyejukkan. Akupun memejamkan mata hingga ada dua orang yang ada di dekatku, mereka seakan muncul dari arah yang tidak disangka sangka dari mana arahnya. Pakaian mereka seperti  pakain orang eropa belanda yang aristokrat memegang lembut jemari wanita berparas seribu bulan bertaut aura cantik yang menggetarkan siapapun yang melihatnya. Lelaki itupun begitu, wajahnya eropa yang elegant. Ah… mereka berdua perpaduan kesempurnaan barat dan timur tapi pakaian yang mereka kenakan dimataku tak lazim, dizaman gaun panjang yang dikenakan wanita itu menunjukkan pakaian yang tak ada ditahun sekarang very old fashion dan sekelilingkupun seperti taman bersetting beberapa abad, tak ada setapak. Didepanku yang ada hanya taman yang indah, bersahut sahutan burung bercicit hinggap dari satu bunga ke bunga yang lainnya dan suara air beberapa meter dari dari pohon tempatku berteduh.
Percakapan keduanya pun terdengar sedih ketika lelaki eropa itu berkata “bangsaku menaruh harapan besar padaku untuk memenangkan semuanya disini” .sambil menyeka titik bening yang mengalir dari bening mata wanita didepannya, lelaki eropa itupun berkata mau kah dirimu menunggu dibawah rindang pohon ini kala desember awal kita berjumpa, dan hari itu akan mempertemukan kita kembali. Wanita berparas seribu bulan bertaut itupun mengangguk, lelaki eropa ini pun merengkuhnya kedalam pelukannya hingga titik titik hujan pun menjadi alunan irama hati keduanya.., setelah melepaskan gundah keduanya, lelaki ini pun mengambil sebuah batu kecil yang ujungnya agak tajam dan ia pun mulai mengukir diatas pohon itu, ya.. ia mengukir nama Thomas dan Dewi dalam kurungan symbol hati dan mengunci kedua nama itu. Senyum bahagia keduanya pun seketika hadir buatku ketika mereka pun menyentuh pundak ku dan tetap tersenyum lembut padaku. Wanita yang disampingnya tak sedari tadi tak berkata apapun tiba-tiba membuka suara “Arkin lihat dirimu sudah dewasa” lihatlah buku tua yang ayah dan ibumu simpan diatas attic tua dibelakang sungai athoseme.
Illusration 2: Arkin and book in the attic
Merekapun lenyap dari pandanganku, dan seketika dirikupun sadar bahwa aku telah tertidur dan mimpi kecilku seperti nyata. Dengan tak menyia-yiakan waktu akupun terus berlari-lari meninggalkan setapak dan pohon rindang di tepi setapak tak jauh sekitar beberapa ratus meter memang ada tempat peristirahatan keluargaku diatas bukit kecil ini sebuah villa keluarga yang cukup tua. Ya hari ini saya dan keluarga ku datang mengunjungi daerah yang membuat kami merasa betah jauh dari kota yang cukup bising dengan kendaraan yang tak pernah berhenti berlalu lalang setiap saatnya. Namun tadi kutinggalkan ayah dan ibuku, karena pemadangan indah dibwah bukit menarik minatku untuk melukis indahnya di atas kertas yang kugengggam tadi.
Tak menyia-nyiakan waktu setelah tiba divilla tempat keluargaku menginap, akupun menuju mencari attic tua tempat mimpi anehku muncul dan disitu diriku menemukan sebuah buku kecil yang cukup berdebu dan debunya cukup membuatku batuk batuk saat meniup debunya. Akupun dengan cepatnya membuka halaman pertama dengan sangat hati hati dan tepat dihalaman pertama diriku menemukan foto Thomas dan Dewi keduanya tersenyum dan halaman kedua nya ada foto pohon tempat diriku berteduh dan semuanya foto hitam putih, terus tanganku tak sabar membuka halaman ketiga dan keempat hingga pada halaman ke empat foto kakekku yang memang berwajah blasteran, kakekku adalah anak Thomas dan Dewi. Diriku pun tak sanggup berkata kata berarti diriku punya hubungan yang dekat beberapa generasi dari Thomas dan Dewi. Di akhir halaman ada tulisan yang menyentuh hatiku terdalam ada tulisan indah eropa yang ditulis tangan oleh Thomas,
“jika kelak ada generasi berikutnya dari kita namailah ia Arkin, karena ia akan selalu menjadi raja untuk dua hati kami. Ia akan mengajari cinta untuk semua hati.”
Ya namaku Arkin dalam bahasa Norwegia artinya Raja..
Dari Thomas dan Dewi..
Tulisan ini hadir ketika keinginan mengerjakan tugas belum hadir, tulisan membrainstorming fikiranku, waktunya mengerjakan tugas final project paraphrase semangatJ
Langit Makassar, 23rd of November 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar