Miss you, dad |
BY. NANI CAHYANI
Saat kecil saya berfikir untuk menjadi dewasa karena dewasa
berarti bebas menentukan hidup, bisa menghasilkan uang dan yang jelas ukuran
tinggi bertambah hehehe. Mengingat hal-hal saat masih kecil dan yang paling membekas
di benakku, ketika ayahku mengajak ku kesungai. Dikota Baubau ada sebuah Kali
yang membelah kota Baubau menjadi 2 wilayah. Kali itu disebut kali Ambon. Entah
alasan apa kali itu disebut dengan Kali Ambon, yang jelas kali itu sangat indah
dengan airnya yang masih jernih. Ayahku biasanya mengajakku kesana hanya untuk
bermain-main dengan air, kami membawa bekal wajib yaaa ikan bakar. Mengasyikkan
saat itu karena kebersamaan bersama ayah terekam dalam benakku hingga saat ini.
Tempat yang tak kalah menariknya juga biasanya ayah membawaku ke Bandara
Betoambari. Bandara di daerahku tak seramai bandara dikota kota besar di
Indonesia, apalagi saat saya masih kanak kanak bandara Betoambari sangat sunyi.
Penjagaan tidak terlalu ketat dibandingkan dengan sekarang arus transportasi
udara di Baubau telah sangat lancar.
Sepintas itu masa kecilku yang menyenangkan berlari bebas
saat hujan deras dan berkumpul bersama teman-teman sebayaku di kumpulan air
hujan. Hmmm yang kalau ku ingat sekarang bergidik juga karena airnya berwarna
coklat alias kotor dan bau. Asyik bermain tak mengidahkan waktu saat pulang
kerumah maka bertemulah dengan wajah ibuku yang cemberut oleh ulahku, namun
walau sedikit kesal ibu biasanya tetap tersenyum dan menyuruhku membersihkan
diri mandi, istilahku kalau mandi karena terburu-buru mandi bebek hehehe. Menggambarkan
sosok ibuku sangat luar biasa di mataku beliau orang yang sangat disiplin pada
anak-anaknya, jika kami berbuat salah maka kami dihukum. Ibuku tidak pernah
membela anak-anaknya kalau salah. Dimata ibu yang sangat beliau tekankan pada
kami untuk selalu jujur bagaimanapun beratnya kata jujur di implemantasikan.
Penyatuan ayahku yang seorang paramedis sederhana dan ibuku yang berprofesi
sebagai guru SD sangat membentuk karakter kami anak-anaknya.
Ayahku, sangat mempercayai pendidikan adalah satu-satunya
cara merubah pola sikap dan masa depan. Menurut ayah dengan menempuh pendidikan
berarti kami akan siap menghadapi tantangan masa depan yang tidak mudah. Saya
masih ingat ketika ibu menyuruhku berhenti menyiar di salah satu radio
dikendari, ayah yang berfikir kedepan mendukungku untuk terus mempertahankan
pekerjaan sampinganku sambil kuliah dan menyiar, menurut ayah; radio menjadi
sarana gratis buatku mempromosikan diri. Saya tidak menyalahkan ketakutan ibuku
karena menurut ibu, fokus dengan mengurusi kuliah sudah cukup buatku. agar
kuliah kelar cepat. Ayah dan ibuku mereka yang terhebat selalu buatku.
Ayah yang berprofesi sebagai paramedis ingin anak-anaknya
mengikuti karirnya diantara kami 3 mengikuti karir ayah bekerja di kesehatan
dan 2 mengikuti ibu mengajar. Sungguh mengasyikkan mengingat masa-masa kecilku,
hingga saat berbuat salah pun ibu tetap bijak dan menegur khilafku dengan kasih
sayangnya yang tulus. Ayah yang selalu siap memberi hadiah hadiah jika nilai
rapor kami tak ada angka merah. Di rumahku, saat masih kecil ayah selalu
mengajak kami berdiskusi apa saja akan dibahas oleh ayahku. Jujur kadang-kadang
saya tidak paham apa yang ayah katakan saat kami diskusi tapi hal yang membekas
dalam ingatanku sesekali ayahku berkata jangan takut salah berani saja dulu,
merdekakan ekspresimu. Ayah bisa berlagak seperti ilmuwan bahkan sangat handal
berperan sebagai sastrawan. Ayahku punya kumpulan puisi yang ditulisnya
sendirinya. Dalam diri ayah mengalir bakat sastrawan hanya mungkin ayah tidak
berfikir akan ketenaran hanya sebagai hobi diwaktu senggang. Ayah menurutku
sangatlah piawai bermain dengan kata-kata sederhana namun bermakna.
Saya bahagia memliki kisah-kisah indah, kenangan bersama ayah
adalah indah. jangan selalu menuntut seseorang menjadi sempurna hingga kau
merasa hebat memilikinya. Jika telah sayang itu adalah hati dan jangan takut
untuk menjadi salah, karena kesalahan adalah sesuatu yang indah banyak hal yang
dapat kita pelajari dari berbuat salah. Salah menjadikan kita berusaha
membangkitkan sisi manusia dalam diri kita dan belajar untuk menjadi benar.
Walau dalam reality sangatlah sulit di lakukan tapi tak mengapa paling tidak
kita berproses untuk menjadi baik. Karena dalam diri tiap manusia ada wujud
Tuhan jika berbuat kebaikan berarti kita menghadirkan Tuhan dalam diri kita.
Goresan ku ketika tak mengerjakan
apapun, dan benak ingin bercerita dengan tulisan-tulisan yang mengelilingiku.
Tulisan ini teruntuk untukmu ayah, Sang Khalik yang telah memelukmu dalam
kelopak mata dan batin-NYA. I love you, ayahJ.
Langit Makassar, 4 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar