SLEEP WITH BOOKS |
DECISION |
DREAM COMES TRUE |
By.
Nani Cahyani
Saya
telah mempersiapkan diri hendak membaca buku malam ini, mencoba menuntaskan
satu chapter dalam buku English Phonology, tapi sedikit berbenturan dengan
mengerjakan tugas academic writing yang mesti selesai sebelum hari kamis,
“Deadline!.” Tapi mencoba menghadirkan keinginan bergelut dengan huruf-huruf
terasa sangat sulit entah mengapa fikiran jauh mengembara begitu saja.
Membayangkan hari esok yang seperti apa?. Apa semua akan sama?. Apa tiap detik
hanya berlalu begitu saja tanpa ada jejak yang tersisa.
Dua
tahun waktu yang ku punya mengenyam pendidikan S2, semoga bisa berjalan sesuai
planning. Selama waktu menempuh pendidikan pastilah ria mnyertai canda dan tawa
yang sesekali hadir untuk menghibur kebosanan, saya dan semuanya hanya butuh
membangkitkan sisi positif dalam diri. Yang pastinya tak mudah karena menurut
Sigmund Freud kecendrungan sisi negative dari human being terkadang hadir
dominant. Kisah mythology yunani; Oedipus Complex dan Elektra complex. Teori tentang
Id, ego dan superego mempengaruhi human being dalam melakukan tindakan.
Jujur
malam ini teori Sigmund Freud dominant dalam diriku, malas menyentuh buku. Sisi
dark sideku mulai dominant. Saya tidak ingin membuat segala energi positifku
luluh lantah olehku sendiri. Pertentangan dibenakku tak mau berdamai. Mencoba
mengalahkan diri sendiri mungkin menulis hal tentang fikiranku lebih
mengasyikkan malam ini. Kuraih laptop disampingku dan membiarkan jari-jariku
menari di atas tuts-tuts laptop. Khayalku tentang pagi, siang, sore yang
berlalu dengan semua keindahannya hari ini.mendengarkan cicit sahabatku di
pasca, lelucon sahabat yang menulis status tentang snake terinspirasi tuturan
blak-blakan seorang kawan, sahabat yang menunjukkan cara menggunakkan tekhnologi
dengan bijak, seorang ibu dan sahabat yang sangat mahir bermain dengan bahasa
yang frontal tapi tujuannya hanya untuk mengocok perut, sahabat yang saat makan
siang direstaurant teringat pada suami dan anknya.. ah. Mereka semua satu
chapter kisahku di kota Sultan Hasanuddin yang heroik, yang dalam kamusku this city never sleeps.
Pembelajaran
hidup menjadi sangat berharga, ketika berada dalam ruang dimana orang-orang
sekitar terlihat idealis. Saya memahami belajar yang utama adalah proses
pendewasaan yang terus menerus, jika tidak ada perubahan sikap berarti nilai
belajar belum berikatan sejiwa. Hmmm, berburu dengan personal deadline menjadi
hal yang biasa, tidak tahu seperti apa detik waktu dan jam yang terasa sangat
singkat saat menyibukkan diri. Saya mungkin berutung karena tidak ada proses
yang dengan mudah teraih tanpa keseriusan. Walau saya muak dengan namanya
disiplin karena telah melumat kebebasanku menikmati girangku pada dunia, tapi
itulah disiplin membunuh karakter jelek dan menghidupkan sisi terhebat diri
pembuktian diri dan akhirnya merayakan kemenangan bersama megahnya alam
pemikiran.
Malam
ini detik waktu membuatku takut akan kehilangan kebersamaan bersama mereka yang
hebat ketika gelar teraih. Tapi itulah hidup mengutip ucapan seseorang sahabat“,when
you get something you lost something”. Membayangkan
pertemuanku dengan pasangan hatiku jika kembali kelak ke kota tempat diriku
bermula.
Ah…
tidak terbayangkan sedikitpun betapa banyak karakter-karakter yang hadir dalam
rentang waktu perjalanan diri menuju akhir yang sebenarnya Siapapun yang hadir
menjadi tamu jiwa mereka orang-orang yang istimewa karena Tuhan mempertemukan
kita dengan karakter-karakter yang sangat berbeda untuk membuat kita kaya akan
jiwa-jiwa indah. Kurindu denagn jiwaku yang bebas, kurindu dengan jiwaku yang bebal,
kurindu dengan jiwaku… merekalah yang membuatku sperti sekarang. Kutipan
anonymous ini mengakhiri malamku in a deeply thought “Every
struggle in your life has shaped you into the person you are today. Be thankful
for the hard time; they can only make you stronger.”
Langit
Makassar, 4 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar