Selasa, 20 Desember 2011

WAKTU, MASA, DAN LALU JANUARI



BY. NANI CAHYANI
Lima puluh tahun, seratus tahun, dua ratus tahun, ini bukan soal hitung-hitungan masa. Kalau berumur seraksasa hitung-hitungan tahun di atas, manusia tak akan mencampai hitung-hitungan waktu sehuge itu. Tiap kali tercengang melihat agenda diary, kita selalu shock. Terkadang takjub dan merenung. Millenium datang dengan kepongahannya menyapa kita. Begitu gadget nya dunia di buatnya, segala hal serba instant. Satu dinasti ke dinasti lainnya, satu peradaban ke peradaban lainnya. Menyadarkan kita tentang pemaknaan diri yang sesungguhnya.
Setiap waktu berjalan pongah dan tak menoleh. Walau tertoreh beberapa rentetan kenangan, dalam kolektifitas masa… Desember selalunya identik dengan akhir, hingga Januari menunggu di pelatarannya. Setiap Desember akan ada kemeriahan dalam kemasannya masing-masing. Tetapi selalunya semua berujung pada satu Januari.., masa ketika membuka lembaran baru dan menorehkan seuntai untaian huruf-huruf yang berikatan dan bergandengan.
Januari yaaaa, masih jugakah engkau pongah dengan warna langitmu yang cerah, saat langit kau hias dengan bunyi… dentuman.., gegap gempita perayaan menyambutmu di setiap belahan bumi. Tak pernah terfikirkah engkau bahwa April toh adalah masa juga yang butuh untuk kau rayakan. Saat tiupan lilin kecilmu menandakan kedewasaanmu akan lahir.., tetap saja tak kau sadari dirimu semakin.. terbang menjadi dan menanak ceritamu sendiri.
Zaman sungguh terkagum-kagum…, seorang cenderung membayangkan sebuah zaman asal yang mengagumkan, yang belum cemar oleh penyelewengan. Dalam pandangan ini “kemajuan” menjadi masalah. Yang umumnya di sebut kemajuan akan di tandai dengan kehancuran, kerusakan, polusi, bahkan keruntuhan.
Tak ada batas-batas konstan tentang definisinya. Perubahan adalah “identitas”. Misalnya suatu pengkultusan, yang beraneka versi. Semisal, symbol-symbol tertentu. Dalam kemasan berupa makanan, merek, style dan sifat hakiki manusia.
Sebagai bahan pemikiran. Contoh simple Bakso, mie kuah adalah identitas orang Jawa. Prada, Hermes, Dolce Gabama adalah identitas borjuis dalam hal fashion. Tertawa, menangis, bercanda adalah identitas diri sebagai makhluk sang Khalik. Pirang, Blonde, rebonding adalah identitas diri mencari symbol-simbol tertentu menjadi labih menarik. Cerdas adalah proses waktu yang melibatkan pengalaman-pengalaman dan pencerahan yang tiada henti. Pengkultusan kita terus dari generasi ke generasi akan terus seperti itu adanya. Dihadapkan semua tradisi dan masa. Kita bungkam pada konsep masa lalu…, mestinya kita selalu arif… di setiap putaran detik, menit, dan prasasti pahatan diri yang selalu terlihat jelas,
Mmmm Apapun itu, jangalah ngotot dan pongah dengan masa, kelak kita semua akan mati… pesan untuk seluruh kehidupan..,
Kita tidak tahu pasti seberapa besar potensi kita, tapi yang pasti kita bisa lebih besar dari segala apa yang pernah kita pikirkan. Mau tahu alasannya apa?? Ya, karena manusia adalah karya agung ALLAH.
Goresanku sebelum terlelap, moga selalu… kuhadirkan diriku dalam tulisan-tulisanku.
Baubau, 20 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar