By. Nani Cahyani
“It makes me crazy…, it makes me
crazy..” lagu seorang kawan dari
jurusan sastra, Imran namanya ketika memasuki ruangan dimana saya lagi sibuk
membuka beberapa web sekedar hanya membaca agar waktu tak terbuang percuma. Suara kawanku ini lumayan enak
terdengar, saya mengartikan lagunya adalah kebahagiaan karena lembar pengesahan
proposalnya telah ditandatangani dan jadwal ujiannya telah ditentukan. Saya pun
tersenyum kecil dan menimpali kebahagiaannya “iya tawwa imran selamat ya”. Ruangan perkuliahan yang kutempati
ukurannya tak terlalu luas namun susunannya rapi seperti meja bundar, khayalan
saya bentuk meja diruangan itu menyerupai meja bundar konferensi Asia Afrika
yang dulu semasa SD disuguhi dibuku buku sejarah. Dibuat melingkar dengan
maksud mengefisiensikan pemakaian ruangan dan proses interaksi antara dosen dan
mahasiswa lebih terkesan relax dan akrab, saat menempuh pendidikan S2 mahasiswa
lebih diajarkan tentang tanggung jawab dan kedewasaan berfikir pun menjadi
tuntutan yang mutlak dengan tak menghilangkan karakter mereka masing-masing.
Diruangan
saya duduk sendiri sambil menyibukkan diri, terlihat biasa saja dihari-hari perkuliahan
namun ruangan ini bisa menjadi ruangan listrik bertegangan tinggi pada saat
ujian tutup karena ruangan ini akan digunakan setiap kali ada ujian tutup. Saya
membayangkan bagaimana ruangan ini selalu menjadi saksi betapa jantung bermain
diskala richter hehehe saat ujian tutup.
Keasyikanku sendiri diruangan berukuran tak terlalu luas itu sangat
beralasan menunggu sms dari pembimbing thesis. Menunggu seperti pekerjaan yang
terlihat simple tapi tidaklah demikian kesabaran tingkat dewa dibutuhkan saat
menunggu, banyak yang mengatakan ketika semakin dewasa selalu ditandai dengan
umur yang bertambah tapi tidaklah demikian menurutku kedewasaan adalah tentang
sikap belajar mengambil hikmah dari semua kisah.
Lagu “it makes me
crazy…” cukup memberiku banyak inspirasi dihari ini betapa tidak diruangan
saat saya duduk dengan kesibukanku sendiri, banyak kawan-kawan yang berlalu
lalang sekedar berkeluh kesah bahkan ada yang beberapa yang terlihat sumringah.
Keluh kesah yang sama seperti terdengar dengan nada yang sama “lihat Prof Hamzah?”, “Pak Makka ada ya?”. “
Ibu Sukma dimana ya?”.” Mem Poli tadi ngajar ya?”.” Mobil Prof Hakim ada ya?,
prof ada ya kira-kira diruangannya”. Pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan
terdengar diruangan ini, atau kelucuan yang lain ada yang nyeletuk sambil dibuat
lucu “kapan M.Hum biar bisa nikah”. Cukup
menggelitik dan tawaku pun bisa pecah dengan kelucuan kawan-kawan
seperjuanganku meraih gelar M.Hum diuniversitas Hasanuddin Makassar. Saya teringat dengan salah satu tulisan Kak
Yusran Darmawan diblognya timurangin “Persahabatan
janganlah menjadi kemilau sesaat lebih pada berbagi pedih dan bahagia, untuk
saling menginspirasi” . Mungkin kisah kak Yusran Darmawan berbeda dengan
kisahku tapi kesamaannya bahwa dalam setiap peristiwa kita menjalani proses,
proseslah yang membuat perjalanan bermakna atau tidak. Menunggu revisi thesis
mestinya dijadikan pembelajaran bahwa kelak proses itulah yang akan membentukmu
dan memaknaimu menuju proses pencarian karakter yang sesungguhnya.
Diruangan itu juga, dihari yang sama untuk pertamakali
seorang sahabat jurusan linguistic, biasanya saya memanggilnya dengan panggilan
kak Lia menitikkan airmatanya untuk tulisanku “Ruang Indah Di Sudut Hati” saya tersentak pangling, kaget karena
Sahabatku Kak Lia menitikkan air mata dan terisak. Pada saat saya sedang sibuk
dengan Gadget dan Kak Lia membaca tulisan-tulisan diblogku. Kak Lia orang
pertama yang menangis membaca tulisanku, entah karena ia menghayati cerita yang
kutulis diblogku atau karena perasaan sentimental yang menguasainya entahlah
tapi sahabat seperti kak Lia menurutku hebat berbagi waktu mengurus suami dan
anak sambil kuliah bukanlah hal yang mudah. Banyak Kartini.. Kartini.. seperti
kak Lia yang hebat berjuang untuk masa depan indah keluarga kecilnya hanya
untuk mereguk indahnya pengetahuan. Sahabatku ini meyakini bahwa
tulisan-tulisanku mulai memiliki roh jika terus konsisten menulis dan berkarya,
mmmm entahlah.
Apapun
itu saya sangat menghargai Kak Lia dengan keyakinannya. Keyakinannya seperti
memberi semacam energy yang membebaskan keragu raguanku untuk menyakini mimpi
tak sebatas meyakini tapi melakukan tindakan nyata merawat harapan dengan pupuk
semangat yang terus terbarukan, menebar benih benih kebaikan untuk keabadian.
Bukankah dengan terus menulis kebijakan seperti terlahir dengan natural karena
kepekaan itulah insting Sang Penulis seperti melihat resah, kwatir dan sedih sebagai
nyanyian indah digurun sahara, bukankah pengetahuan adalah kelelahan yang kelak
tak karat oleh air dan angin karena ia akan terus berbuah manis dimasa depan.
Tulisan ini terinspirasi
dari lagu Kak Imran “it makes me crazy” di
ruang perkuliahan pasca Unhas Makassar ketika menunggu menjadi guru yang mengajarkan
proses tentang sabar dan bbm seorang sahabat, Kak Nuni Nuchman yang tuturnya “bête, senang, marah itu juga kan irama
hati, jadi ya dinikmati saja”.
Langit Makassar, 9 Juni 2014
keren blognya, Visit my Blog Sesama Orang baubau. animecomzone.blogspot.com
BalasHapusitu blog tentang anime mungkin Orang Dewasa Gak tau..