Semalam aku melewati sebuah sudut di desa kecil di ujung kota
Baubau, perasaan bahagia tiba-tiba menyeruak dalam fikiranku. Sudut yang
kulewati tak bermakna apa-apa buat yang melewati sudut itu karena mereka tak
mengalami apa yang kualami, perasaan yang seakan akan menyelimutiku dengan
kebahagiaan ketika melewati sudut yang berada dibawah pohon rindang. Seseorang
tersenyum disudut itu padaku, seolah-olah bahagia menyelimuti segenap penjuru
langit dan bintang gemintang berkedip dengan riangnya melihat terpautnya
padangan pada pemilik teduh mata yang menawan nalarku. Sesaat ketika melewati
sudut itu, kutak perduli pada yang lain rombongan tour yang ku ikuti. Aku
sengaja membiarkan langkah langkah mereka mendahuluiku karena mata teduh dan
pemilik senyum itu menunjukkan sesuatu. Dengan tak diminta akupun sesaat
berhenti sejenak berbincang dengannya, “Maaf
ini ada sedikit cendramata gelang tangan yang kubuat dari rotan dan kurajut
dengan bahagia, mmmm nama saya Yusuf biasanya orang memanggil saya dengan
sebutan suf.. singkat unik tapi itulah namaku yusuf disingkat suf hehehe”. Akupun
hanya tersenyum dan selanjutnya berucap ”ia
terimakasih nama saya wulan.. (sambil tersenyum) maaf yusuf rombongan saya meninggalkan saya menuju
bus tour” . Yusuf pemilik mata teduh itu nampak kikuk sesaat hingga sejenak
terdiam dan tuturnya terucap ringan namun penuh kehati hatian “mmm maaf nomor teleponnya Wulan”. Saya
yang tidak mudah memberi nomor hp pada orang yang baru kukenal tapi entah
mengapa pertanyaan itu kutunggu dari pemilik mata teduh, Yusuf. Hingga sayapun
bergegas meninggalkan yusuf terpaku dan diam saat ku melewatinya dan berlalu.
Sudut yang
kulewati begitu bermakna hingga malam saat bus tour kami melewati sudut itu,
beberapa hari berlalu, siang dihari selasa aku tersenyum bahagia mendapatkan
sms Yusuf yang bertanya “apa kabar
Wulan?” . Aku seperti berselimut bahagia yang tak kumengerti darimana
asalnya perasaan itu. “baik Yusuf, dirimu?”. Jawabanku dan pertanyaan Yusuf mengalir
dengan ringan hingga intensitas sms berkirim kabar antara kami seperti sebuah
kebutuhan, seolah olah ada yang hilang jika hari terlewati tanpa percakapan
ringan yusuf dan aku. Hingga dengan sendirinya diriku mengetahui yusuf sekarang
berada di Australia untuk studi S2 jurusan sastra English, betapa sipemilik
mata teduh yang membuat damai jiwa telah memperhatikan rombongan tour kami
semenjak berkeliling disudut yang bersejarah di Kota Baubau hingga Yusuf
meninggalkan tanah kelahirannya Buton untuk impian indah meraih masa depan. Dan
aku dengan diriku yang terus sibuk dengan tugas sebagai guide sebuah tour
traveling. Sudut yang mempertemukanku dengan Yusuf lantas memisahkan kami
kupandangi setiap kali melewati sudut itu, adakah sudut itu sengaja tercipta
untuk mempertemukanku dengan Yusuf, pertanyaan yang tiada henti terceletuk
dalam ruang indah disudut hati. Aku bangga memiliki Yusuf hingga persahabatan
kami terjalin tulus melalui sms, tiada yang terucap antara kami karena tulus
kuingin bangun persahabatan dengan ketulusan mempercayai bahwa kekuatan
kebaikan akan tinggal lama karena kebaikan mengajarkan banyak hal tentang usaha
melembutkan hati.
Tiga tahun
berlalu sejak pertemuanku dengan Yusuf, dia mengabari akan pulang ke Indonesia.
Aku tak mengharapkan apa apa dari Yusuf sekedar bertemu dengannya dan
mengatakan betapa kangennya aku pada lelaki pemilik mata teduh itu. Sudut yang
kulewati, aku dan Yusuf berjanji bertemu disudut itu mengulang kisah
persahabatan kami yang berawal dari sudut itu. Membayangkan Yusuf dengan
kesederhanaannya hingga mungkin menggengam tangannya lantas berbisik kangen. Ah
fikiran fikiran yang berusaha kumatikan karena setulusnya Yusuf sahabat yang
mengajarkanku banyak hal melalui tuturan tuturan smsnya bukan apa yang bagian dari
diriku inginkan mmm. Hingga tepat disudut itu dibawah rindang semilir angin
yang tepat dibawahnya jika memandang kebawah bayangan sempurna wajah langit
terpantul di tiap sudut dibawah pohon rindang yang menjadi saksi kebisuan sang
alam yang takjub pada semesta megah. Itulah sudut yang kumaksudkan yang
mempertemukanku dengan yusuf.
Menunggu
Yusuf, yang tak kunjung tiba. Hingga seseorang hadir wajahnya serupa dengan
Yusuf walau ada perbedaan yang tidak terlalu mencolok namun sepintas lelaki itu
mirip Yusuf. Maaf kakakku Yusuf menitipkan pesan ini sebelum pergi didunia
impiannya yang indah.
“Wulan
jika pesan ini tiba padamu aku hanya ingin kau tahu kaulah alasan untuk semua
kegilaan kegilaanku membuatmu bangga mengenalku dengan ukiran kehebatanku
bermain dengan benak, Wulan.. ketahuilah sejak sudut itu mempertemukan kita
hatiku dengan bahagia mencintai kedamaian dimatamu, senyum di wajahmu, renyah
suaramu, kikuk gerakanmu semuanya seperti keindahan yang merayu rayuku tiap
saat. Wulan maaf jika hatiku menginginkanmu lebih dari sahabat dan maaf tak
sempat mengucapkan ini langsung padamu karena hingga detik ini aku butuh waktu
untuk bisa bertemu denganmu jika bisa menghadiahkan seluruh inginmu yang kau
ceritakan padaku lewat sms barulah kuraih kau, ketahuilah aku tersenyum
membayangkan rumah kayu sederhana
didepan danau yang dikelilingi pohon pohon rindang dan bermandikan sinar
mentari, iya rumah impian mu adalah inginmu yang ingin kuwujudkan”.
Kak Wulan, maaf jika
ini menyakitimu kakakku Yusuf menjadi korban ketika menjadi sukarelawan di
daerah jalur gaza palestina, ketika kak Yusuf menyelamatkan seorang bayi yang
hampir terkena tembakan dan memberikan tubuhnya sebagai tameng agar bayi itu
tak terkena peluru. Tapi pesan ini dberi kak Yusuf padaku seolah ia tahu bahwa
ia tak kembali melihat kakak. Rumah impian dan keinginan kakak telah
diwujudkannya, selama studi di Australia kak Yusuf membeli sebuah lahan dan
mendesainnya sesuai keinginan kakak.
Yusuf,
lelaki pemilik suara renyah dan mata teduh itu hilang. Aku hanya memandangi
sudut yang memberiku bahagia lantas hilang. Bulir bulir bening air mataku
teruntai mengalir begitu saja perlahan diriku terisak namun tak berucap hatiku
merindu Yusuf, Yusuf seakan akan berdiri didekatku mendekapku erat dan berbisik
lirih tentang rindu. Ah rasaku tentangnya adalah berbahagia lantas hilang ….
Pertemuanku dengan Yusuf adalah detik dan hanya detik juga yang buatnya hilang.
Mungkin itulah hidup sesungguhnya apa yang tersimpan dalam hati akan terekam
dibenak dan benak juga yang merajut indahnya yang hanya akan dimengerti oleh
hati. Pertemuan dengan yusuf yang hanya sekali dan setelahnya adalah intensitas
bbm yang terus hingga hilang. Aku menyadari bahwa sesungguhnya walau tak
bertemu namun hati kami terpautkan oleh rasa sayang, seperti itulah beda antara
cinta dan sayang. Cerita tentang Yusuf adalah kisah terindahku yang hanya kelak
kuceritakan pada semilir angin disudut yang mempertemukan kami.
Tulisan ini
terinspirasi saat melewati sebuah sudut indah dibenteng keraton Buton. Malaikat
inspirasi dan semua impian-impiannya tentang alam, serta aku dengan semua
inginku akan keindahan kata-kata…
Langit Baubau, 2 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar