By. Nani Cahyani
Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau |
Dunia tak
seperti apa yang ada dalam benakku ketika menjelang siang sepulang dari
mengadakan penelitian, beberapa teman sejawat bercerita dengan bangganya mereka
bertemu penulis novel terkenal Anna, saya memang pernah membaca karya-karyanya
diantaranya “Eksotik dan Titisan Dewa”,
“Sang Pengkhayal” dan beberapa kisah
fiksi lainnya yang ditulis oleh Anna. Bertemu Anna tidaklah mudah karena
seorang penulis terkenal seperti dirinya pasti dikenali hingga penjagaannyapun
ekstra ketat, menurutku wajarlah penjagaan yang ketat untuk seorang Anna yang
kualitas daya imajinasinya luar biasa, untuk sebuah kecerdasan teramat sangat precious
ketika disaat ini kenampakan fisik dapat saja dipoles dengan mudahnya. Dengan
sedikit terburu-buru saya menuruni beberapa anak tangga dan dibeberapa anak
tangga biasanya saya bertemu beberapa mahasiswa yang selalu menyapa “ibu”….mereka tersenyum penuh rasa
hormat, yaa pekerjaan menjadi dosen itulah yang kulakoni sekarang. Kuakui sangatlah
menyenangkan menjadi dosen tapi tanggung jawabnya tidaklah mudah karena
mengajar dan mendidik dua hal yang sangat bertolak belakang, saya bisa saja
dengan mudahnya menjelaskan tenses sebagai contoh dan selesai, tapi tugas
mendidik yang terasa sangatlah berat buatku. Profesi dosen identik dengan usia
dimana saya harus terdewasakan oleh keadaan walau sebenarnya sifat kekanak
kanakanku masih tertanam kuat, tak menyukai sesuatu yang penuh aturan, bebas
menikmati alam, mengamati sekelilingku lantas berfikir sendiri dan masih banyak
kegilaan kegilaanku yang menurutku itulah diriku.
Pemandangan dari gedung lantai 4 perkuliahan |
Seperti kegilaan kegilaanku bertemu dengan orang-orang
terkenal adalah hal yang luar biasa buatku jika berkesempatan memamerkan foto
fotoku dengan beberapa orang terkenal, tentunya memamerkan terlebih dahulu pada
keluargaku terutama Ibuku. Beliau adalah wanita yang idealis, wanita yang
percaya bahwa Tuhan mesti terhadirkan dalam setiap gerak dan bisikan hati. Beliau
selalu mengajarkan pada kami untuk percaya pada keinginan hati dan yang
terpenting ibu selalu berpesan sesibuk apapun kamu ingatlah janganlah
meninggalkan shalat lima waktu. Ibu segalanya buatku bahkan hanya untuk sebuah
senyumannya usaha dan kerja kerasku mesti selalu buat ibuku. Beliau tak pernah
menertawai mimpi mimpiku tentang meyakini jika suatu saat saya akan bertemu dengan beberapa
orang terkenal yang saya kagumi. Jika diriku mulai sibuk bercerita ibu akan
mendengarkan dengan sabarnya dan berkata "iya keinginanmu akan terkabul karena
Tuhan mendengar kata hati".
Benteng Keraton Buton |
Entah mengapa hari itu sepulang dari kampus saya tidak
langsung berbelok ke kearah Betoambari tapi terus melaju menuju Benteng Keraton
Buton seperti ada yang menarikku kesana. Entah apa yang menarikku seperti hasrat
yang teramat sangat untuk menenangkan diri, karena biasanya saya selalu kesana
tapi kebiasaanku kesana berhenti sesaat karena saya melanjutkan pendidikan
S2 di Makassar. Dengan berkendara saya melaju menuju keraton Buton. Dari kejauhan masih Nampak
megah dan kokohnya benteng keraton Buton seperti bertutur pada tiap generasi betapa
pulau Buton terselimutkan oleh batu batu kokoh benteng yang menunjukkan
kekuatan, suguhan pemandangan laut adalah hal terindah yang menghipnotis
pemikiran, dan disisi lainnya hamparan hutan yang masih terawat serta terlihat
sungai yang berkelok kelok dibawah benteng keraton adalah symbol yang
menunjukkan sungai selalunya rindu bertemu dengan samudera luas kebebasan. Seperti
Kebebasan yang kumiliki hari ini ketika Pilot Studyku telah selesai dan
secepatnya diriku kembali ke Makassar hanya untuk melaporkan hasil pilottingku
kedalam proposal penelitian. Saya ingin merayakan kebebasanku bersama alam
dibenteng keraton Buton. Pikiran-pikiran itu hadir dibenakku hingga keinginanku berhenti ketika berada disalah satu sudut benteng sambil menghadap melihat kehamparan
birunya laut, suguhan biru lautan seakan-seakan
dengan egoisnya benakku memproklamirkan bahwa inilah kebanggaanku Pulau Buton
yang indah nan eksotik, dengan hp tiap moment keindahan kuabadikan yang ku mengerti memotret adalah mengabadikan kenangan.
Salah Satu Sudut Benteng Keraton Buton |
Hingga diujung benteng mataku melihat
seseorang yang dengan tenangnya menulis walau angin cukup kencang disekitarnya.
Dengan santainya wanita itu mendekatiku dan setelah cukup dekat disampingku dia
menawarkan coklat yang ada digenggamannya dan mengambil beberapa dari dalam tas yang dibawa bersamanya. Tanpa malu malu saya mengambilnya karena sepulang dari kampus saya langsung menuju Benteng keraton. dan belum sempat makan siang Dia
mengulurkan tangannya nama saya Anna.., owh iya dengan bingung saya
menjawab "saya Alya," sambil bersalaman. Persahabatan tulus darinya dengan
menawarkan makanan cukup membuatku berterima kasih hingga percakapan kami
natural mengalir tentang hidup dan mimpi-mimpi. Hingga selang tak beberapa lama
tiga buah mobil tepat berhenti didekat kami dan mereka pun mendekati Anna dan
satu dari mereka pun bertanya ada ide menulis yang didapat dari sini, Anna pun
mengangguk iya.. kedamaian hati yang terindah itu disini. Tiba-tiba
fikiranku tertuju pada penulis yang terkenal itu ya namanya Anna tepat didepanku..
nampaklah diriku terlihat kikuk Anna penulis yang tiap orang membicarakan
tulisannya, duniaku hari itu tak seperti benakku yang mungkin telah keliru menganggap mereka yang terkenal berlebihan, Pikiran-pikiran Anna dan sikap Anna merubah pemikiranku yang yang sedikit keliru selama ini. Hingga saya menyimpulkan bahwa tiap orang adalah hebat dan berharga.
Anna tersenyum padaku sambil memberikan kertas dan pena serta novel tulisannya. Dia berkata “Alya saya baru mengenalmu karena detiklah yang mempertemukan kita, saya berterimakasih karena dirimu mau berbagi hamparan biru yang indah di Kotamu kelak dirimu akan melebihi impianmu ketika kau meyakininya dan tiap orang disekitar kita adalah orang-orang hebat dan berharga hanya saja apa yang kita bakati membuat kita berbeda dengan kualitas yang berbeda dibidang masing-masing”.
Anna tersenyum padaku sambil memberikan kertas dan pena serta novel tulisannya. Dia berkata “Alya saya baru mengenalmu karena detiklah yang mempertemukan kita, saya berterimakasih karena dirimu mau berbagi hamparan biru yang indah di Kotamu kelak dirimu akan melebihi impianmu ketika kau meyakininya dan tiap orang disekitar kita adalah orang-orang hebat dan berharga hanya saja apa yang kita bakati membuat kita berbeda dengan kualitas yang berbeda dibidang masing-masing”.
Langit
Makassar, 11 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar