Selasa, 06 November 2012

PERJALANAN; TUTURKU PADA DIRI SENDIRI








BY. NANI CAHYANI
Mengisahkan ceritaku kali ini berkaitan erat dengan perjalanan pulang kembali ke tempat kelahiranku. Beberapa hari kerinduan akan aura tempat ku berasal seperti menarik-narikku untuk mewujudkannya bagaimanapun caranya, walau untuk itu banyak hal yang mesti di lewatkan diantaranya kebersamaanku bersama teman-teman ELS Unhas.
Dalam perjalanan pulang transportasi laut menjadi pilihan, banyak yang menyarankan pulang dengan menggunakkan transportasi udara tapi saya memilih transportasi laut walau sebenarnya konsekuensi logisnya perjalanan dengan menggunakkan kapal laut cukup panjang dan memakan waktu. Mmmm, versi hemat dana dalam pemahamanku adalah dengan menggunakkan kapal laut. Beberapa kali saat pulang ke Baubau pesawat Lion Air menemaniku yang kurasakan tensiku menjadi high saat berada di atas langit biru hahaha. Hari itu, kapal Sinabung menemani pengembaraanku pulang ke Baubau, rindu yang tak terperihkan untuk melihat kotaku hasratku utk cepat melepaskan rindu pada ibu, dan saudara saudaraku membuatku tak sabar untuk cepat-cepat sampai ke rumahku.
Perjalanan pulang buatku sangat mengasyikkan karena pastilah kedatanganku sangat dirindukan, wajah-wajah orang-orang yang kusayangi bermunculan satu persatu di khayalanku. Khayalan dan imajinasi adalah sahabat sejatiku saat sedang dalam perjalanan karena sepanjang perjalanan itulah tuturku pada diri sendiri. Selama berada dikapal banyak hal-hal yang selalu membuatku berfikir dan mencoba mengaitkannya dengan makna hidup. Ditengah lautan luas ada dua perahu nelayan, pandangan mataku tak pernah lepas mengamati mereka, mereka seperti mahaguruku ditengah lautan luas. Tanpa bahasa, mereka mengajariku tentang menghargai pekerjaanku, mencintai hidup dengan cara yang simple. Refleksi dua perahu nelayan ditengah lautan buatku bergumam sendiri  dalam hati “lautan biru luas menyayangi kalian”. Matahari senja ditengah lautan luas menambah hikmahnya perasaan dan imajinasiku pada SANG PENGUASA semesta.
Dalam perjalanan pulang ke kota Baubau, Makassar menemaniku dengan hujannya yang menyejukkan gusarku, walau saat itu jalanan kota Makassar macet sebelum flyover, tapi tak mengapalah saya tetap menikmatinya karena diriku tak sendiri. Sahabatku, naya bersamaku. Naya, tipikal sahabat yang tidak banyak menuntut, dia lebih banyak diam dengan fikirannya juga saat kami berada di dalam taxi. Karakter kami berbeda namun saling melengkapi, itulah sahabat satu cahaya mata untuk cahaya mata yang lain.
Kenekatan kami pulang ke Baubau bukan karena tanpa sebab tapi karena rindu pada keluarga juga dikarenakan moment penting di kotaku tercinta pemilihan walikota dan wakil walikota Baubau, kamipun pulang dengan tekad tulus memenangkan pasangan No. 2 tampil mesra Pak Thamrin dan Ibunda Maasra Manarfa. Alhamdulillah kepulangan kami tidak sia-sia pasangan tampil mesra memperoleh suara terbanyak disebagian besar TPS diBaubau.
Saat tiba dikota Baubau gerimis hujan juga menyambut kedatangan kami, bagiku hujan adalah bahasa alam berpesta menyambut kepulangan kami itulah khayalanku yang indah tentang alam. Berada di kota Baubau hanya sehari saja setelahnya saya bersiap-siap kembali ke Makassar untuk kembali menjalani rutinitas belajar pada program studi ELS pasca Unhas. Melepas rindu bertemu yang terkasih dihatipun menjadi moment yang indah walau tidak berlangsung lama, waktulah yang mempertemukanku dengan orang-orang yang terkasih dihatiku, keluargaku. Berkumpul dimeja makan bercerita-cerita kecil dengan mereka teramat sangat membahagiakan, kebahagiaan meliputi kami semua terkadang tertawa lepas oleh ulah kemenakan-kemenakan yang sengaja berkumpul dirumahku hanya untuk menghabiskan waktu denganku. Seperti biasa dikeluarga kami saat berkumpul bersama pasti menu ikan bakar menjadi pilihan utama.
Detik waktu cepat berlalu hingga menghantarkan saya untuk pulang kembali ke Makassar. Hari saat saya kembali ke Makassar Kapal Kelimutu mengantarkanku kembali ke Makassar. Cahaya bintang terasa sangat indahnya malam itu, saat seluruh masyarakat kota Baubau berpesta kembang api, menghiasi langit dengan warna warna indah kemenangan dan merayakan dengan hati tulus. Saya berada diatas kapal merasakan seolah-olah kembang api dan bunyi-bunyi letusan kecil dilangit kota Baubau layaknya harmoni indah yang mengiringiku kembali kekota Makassar, untaian kembang api dilangit dalam imajinasiku seperti “,bertuliskan selamat berjuang ya nani menangkan keyakinan dalam hati tak ada yang tak mungkin kalau berusaha dan berdoa hehehe”. Walau tak larut dalam euphoria merayakan kemenangan namun pelukan lembut ibunda Maasra saat saya dan naya berpamitan sangat menginspirasi kami untuk semangat selalu mengejar mimpi kami.
Seiring waktu tak terasa kapal Kelimutu telah memasuki wilayah laut Sulawesi Selatan, uupss tiba-tiba signal ada, ditandai bunyi BBM grup yang bersahut-sahutan, terasa lucu membaca percakapan kawan-kawanku, karena mereka sahabat-sahabatku yang tulus dan baik di kota Makassar. Mereka telah menempati satu chapter dalam hatiku. Satu yang menarik perhatianku membaca salah satu koment BBM grup sahabatku di pasca Unhas, yaaa Makassar saat ini sedang hujan deras. Hujan aah… cara alam yang indah mengatakan selamat datang padaku. Walau salah satu tuturan ringan sahabat membuatku tertawa lepas yaaa, gumamnya “Bae2 nah nany, awas guntur” terus koment yang lain lagi “bagi yang gifoo silahkan ambil gaya diluar, ada blits gratis tuh”. Sungguh geli ruang benakku membaca komentar sahabat-sahabatku. Ahhh… I love you all coz u make me giggle now and you make my life so colourful.
Ah…. Perjalananku yang indah antara kota Makassar dan Kota Baubau, menghadirkan kisahku pada diri sendiri. Maaf kisah ini mesti selesai karena buku Phonetics dan Phonology ada disampingku, membayangkan Prof Manda menjelaskan symbol-simbol bunyi, speech system, dan semua hal tentang phonology. Yaah.. imajinasi dan khayalanku akan melebur dan bersenyawa malam ini dengan things about Phonetics dan Phonology. Terima kasih ALLAH
LANGIT MAKASSAR
6 NOVEMBER 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar