BY.
NANI CAHYANI
Mengisahkan ceritaku kali ini berkaitan erat dengan
perjalanan pulang kembali ke tempat kelahiranku. Beberapa hari kerinduan akan
aura tempat ku berasal seperti menarik-narikku untuk mewujudkannya bagaimanapun
caranya, walau untuk itu banyak hal yang mesti di lewatkan diantaranya
kebersamaanku bersama teman-teman ELS Unhas.
Dalam perjalanan pulang transportasi laut menjadi pilihan,
banyak yang menyarankan pulang dengan menggunakkan transportasi udara tapi saya
memilih transportasi laut walau sebenarnya konsekuensi logisnya perjalanan
dengan menggunakkan kapal laut cukup panjang dan memakan waktu. Mmmm, versi
hemat dana dalam pemahamanku adalah dengan menggunakkan kapal laut. Beberapa
kali saat pulang ke Baubau pesawat Lion Air menemaniku yang kurasakan tensiku
menjadi high saat berada di atas langit biru hahaha. Hari itu, kapal Sinabung
menemani pengembaraanku pulang ke Baubau, rindu yang tak terperihkan untuk
melihat kotaku hasratku utk cepat melepaskan rindu pada ibu, dan saudara
saudaraku membuatku tak sabar untuk cepat-cepat sampai ke rumahku.
Perjalanan pulang buatku sangat mengasyikkan karena pastilah
kedatanganku sangat dirindukan, wajah-wajah orang-orang yang kusayangi
bermunculan satu persatu di khayalanku. Khayalan dan imajinasi adalah sahabat
sejatiku saat sedang dalam perjalanan karena sepanjang perjalanan itulah tuturku
pada diri sendiri. Selama berada dikapal banyak hal-hal yang selalu membuatku
berfikir dan mencoba mengaitkannya dengan makna hidup. Ditengah lautan luas ada
dua perahu nelayan, pandangan mataku tak pernah lepas mengamati mereka, mereka
seperti mahaguruku ditengah lautan luas. Tanpa bahasa, mereka mengajariku
tentang menghargai pekerjaanku, mencintai hidup dengan cara yang simple.
Refleksi dua perahu nelayan ditengah lautan buatku bergumam sendiri dalam hati “lautan biru luas menyayangi
kalian”. Matahari
senja ditengah lautan luas menambah hikmahnya perasaan dan imajinasiku pada
SANG PENGUASA semesta.
Dalam perjalanan pulang ke kota Baubau, Makassar menemaniku
dengan hujannya yang menyejukkan gusarku, walau saat itu jalanan kota Makassar
macet sebelum flyover, tapi tak mengapalah saya tetap menikmatinya karena diriku
tak sendiri. Sahabatku, naya bersamaku. Naya, tipikal sahabat yang tidak banyak
menuntut, dia lebih banyak diam dengan fikirannya juga saat kami berada di
dalam taxi. Karakter kami berbeda namun saling melengkapi, itulah sahabat satu
cahaya mata untuk cahaya mata yang lain.
Kenekatan kami pulang ke Baubau bukan karena tanpa sebab tapi
karena rindu pada keluarga juga dikarenakan moment penting di kotaku tercinta
pemilihan walikota dan wakil walikota Baubau, kamipun pulang dengan tekad tulus
memenangkan pasangan No. 2 tampil mesra Pak Thamrin dan Ibunda Maasra Manarfa.
Alhamdulillah kepulangan kami tidak sia-sia pasangan tampil mesra memperoleh
suara terbanyak disebagian besar TPS diBaubau.
Saat tiba dikota Baubau gerimis hujan juga menyambut
kedatangan kami, bagiku hujan adalah bahasa alam berpesta menyambut kepulangan kami
itulah khayalanku yang indah tentang alam. Berada di kota Baubau hanya sehari
saja setelahnya saya bersiap-siap kembali ke Makassar untuk kembali menjalani
rutinitas belajar pada program studi ELS pasca Unhas. Melepas rindu bertemu yang
terkasih dihatipun menjadi moment yang indah walau tidak berlangsung lama, waktulah
yang mempertemukanku dengan orang-orang yang terkasih dihatiku, keluargaku.
Berkumpul dimeja makan bercerita-cerita kecil dengan mereka teramat sangat
membahagiakan, kebahagiaan meliputi kami semua terkadang tertawa lepas oleh
ulah kemenakan-kemenakan yang sengaja berkumpul dirumahku hanya untuk
menghabiskan waktu denganku. Seperti biasa dikeluarga kami saat berkumpul
bersama pasti menu ikan bakar menjadi pilihan utama.
Detik waktu cepat berlalu hingga menghantarkan saya untuk
pulang kembali ke Makassar. Hari saat saya kembali ke Makassar Kapal Kelimutu
mengantarkanku kembali ke Makassar. Cahaya bintang terasa sangat indahnya malam
itu, saat seluruh masyarakat kota Baubau berpesta kembang api, menghiasi langit
dengan warna warna indah kemenangan dan merayakan dengan hati tulus. Saya
berada diatas kapal merasakan seolah-olah kembang api dan bunyi-bunyi letusan
kecil dilangit kota Baubau layaknya harmoni indah yang mengiringiku kembali
kekota Makassar, untaian kembang api dilangit dalam imajinasiku seperti “,bertuliskan
selamat berjuang ya nani menangkan keyakinan dalam hati tak ada yang tak
mungkin kalau berusaha dan berdoa hehehe”. Walau tak larut dalam euphoria
merayakan kemenangan namun pelukan lembut ibunda Maasra saat saya dan naya
berpamitan sangat menginspirasi kami untuk semangat selalu mengejar mimpi kami.
Seiring waktu tak terasa kapal Kelimutu telah memasuki
wilayah laut Sulawesi Selatan, uupss tiba-tiba signal ada, ditandai bunyi BBM
grup yang bersahut-sahutan, terasa lucu membaca percakapan kawan-kawanku,
karena mereka sahabat-sahabatku yang tulus dan baik di kota Makassar. Mereka
telah menempati satu chapter dalam hatiku. Satu yang menarik perhatianku
membaca salah satu koment BBM grup sahabatku di pasca Unhas, yaaa Makassar saat
ini sedang hujan deras. Hujan aah… cara alam yang indah mengatakan selamat
datang padaku. Walau salah satu tuturan ringan sahabat membuatku tertawa lepas
yaaa, gumamnya “Bae2 nah nany, awas guntur” terus koment yang lain lagi “bagi
yang gifoo silahkan ambil gaya diluar, ada blits gratis tuh”. Sungguh geli
ruang benakku membaca komentar sahabat-sahabatku. Ahhh… I love you all coz u
make me giggle now and you make my life so colourful.
Ah…. Perjalananku yang indah antara kota Makassar dan Kota
Baubau, menghadirkan kisahku pada diri sendiri. Maaf kisah ini mesti selesai
karena buku Phonetics dan Phonology ada disampingku, membayangkan Prof Manda
menjelaskan symbol-simbol bunyi, speech system, dan semua hal tentang
phonology. Yaah.. imajinasi dan khayalanku akan melebur dan bersenyawa malam
ini dengan things about Phonetics dan Phonology. Terima kasih ALLAH
LANGIT
MAKASSAR
6
NOVEMBER 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar