8 OKTOBER 2012 ”YANG TAK BIASA”
BY. NANI CAHYANI
Tulisan ini terhadirkan karena kisah seorang sahabat, dia sangat unik,
teramat sangat unik sampai sedikitpun saya tidak pernah menyangka kisah
hidupnya sungguh jauh dari jangkauan nalarku. Sedikit memutar balik kebelakang
pertemuanku dengannya. Berawal kuliah perdana pada program pasca sarjana Unhas
jurusan English Language Study program. Awal mengenalnya itupun sepintas lalu
karena di hari pertama kuliah pastilah sedikit was was banyak pikiran
berkecamuk dalam benakku. Sahabatku duduk di kursi bagian depan dari kursiku,
tapi tak ada keberanianku menegur duluan karena dalam pemahamanku yang sedikit
naif bahwa warna kulit terang atau gelap biasanya menunjukkan status sosial
seseorang. Benakku berfikir pastilah mereka orang-orang yang secara finansial
berada di atas rata-rata. Yaaa, hasilnya tak ada keberanianku untuk
bercakap-cakap dengannya.
Tak ada percakapan menarik, karena saya sedikit clumsy untuk berbahasa di
karenakan logat dan aksenku yang tidak bisa mengikuti pembicaraan mereka yang
casual. Sahabat yang kuceritakan kisahnya tepat duduk di hadapanku, entah
mengapa energy yang ku yakini pada tiap orang jika dia orang yang baik dapat di
rasakan dengan hati, dengan sahabat yang kuceritakan seperti hatiku telah
mengenalnya bertahun-tahun lamanya. Tersenyum kecil dan tatap matanya yang
bersahabat sangatlah mendamaikan. Hari itu interaksi kecilku dengannya hanya
tukaran pin BB, cara yang tepat untuk mengakrabkan diri dengan menggunakan
teknologi, yaa dengan zaman yang segala serba cyber pastilah dianggap hal yang
lumrah.
Tipikal yang santai identik dengan Jokes-jokesnya dalam ruangan kelas
bisa sangat mengocek perut dan menghibur seisi kelas. Ia seperti pelakon ulung
yang bisa mencairkan suasana kelas menjadi riuh oleh candaannya dan terkadang
menjadi sastrawan arogan namun baik hati yang handal merangkai kata-kata itulah
dirinya dalam benakku sekarang.
Saya meminjam kisah sahabatku sebagai bahanku mengupas
jalinan ceritanya dalam versi pemikiranku. Detik-detik seperti tak cukup
mengisahkan kisahnya. Setiap hari perkuliahan terlewati dan terhabiskan bersama
sahabatku. Intensitas percakapan yang sering membuat kami merasa dekat mungkin
karena sepemikiran, memimpikan mimpi tentang masa depan, kesukaan pada pengarang
yang sama seperti Kahlil Gibran, William Shakespeare dan Jalaludin Ar rumi,
score toefl yang sama, semua serba kebetulan. Tapi dalam pemahamanku di dunia
ini tak ada kebetulan, yang mutlak ada hanya kepastian.Tuhan mungkin telah
menulis naskahnya sendiri tentang kisah ini karena Tuhan menempatkan kita
dengan orang-orang yang sefrekuensi dengan kita.
Kisah hidupnya sungguh menarik, pergolakan batin dan
bebal kepalanya di masa lalu akrab dengannya. Menikmati dunia malam,
menghabiskan waktu dengan gank gaulnya, memberontak pada aturan rumah tak
perduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, berpenampilan
eksentrik mewarnai rambut dengan tiga warna itu sebagian kisahnya yang di
ceritakan padaku. Masa lalu banyak menggaris cerita-cerita hidupnya. Kemewahan,
menikmati hidup dan bersenang-senang dengan mudah dapat di lakukannya di
karenakan orang tua yang mampu dan memberikan semua fasilitas yang di
inginkannya yaa jadilah dia sosok yang tak mau ambil pusing dan tak peka
melihat di sekelilingnya.
Namun tetaplah Sang waktu penguasa, ia bisa membungkam habis semua
kejayaan, melontarkan kita jauh terpuruk sedalam-dalamnya hingga tersadar
sendiri kelak oleh proses dan kejadian hidup. Sahabatku pernah jujur bercerita
padaku bahwa ia merasa berat kuliah S2 karena melanjutkan pendidikan adalah
keinginan ayahnya, mewujudkan impian ayahnya yang telah damai dalam pelukan
pemilik kesempurnaan cinta, yaaa Tuhan.
Sahabatku terkadang seperti mesin ide yang terus bekerja bahkan penuh
dengan ide-ide ekstrimnya, ia percaya jika seseorang berusaha Tuhan akan
menjadikannya nyata. Mmmm, mengutip tuturan ringannya dengan menggunakkan via
bbm “,jadilah setinggi-tingginya harapanmu”.
Impian melihat ayahnya tersenyum bangga padanya adalah alas an utama
sahabatku ini melanjutkan pendidikannya ke jenjang S2. Walau saya tak pernah
melihat ayahnya tapi toh menurutku hubungan jiwa dan darah teramat sangat kuat
mengikat hati mereka.
Cerita-ceritanya terkadang mengaduk-aduk sisi emosionalku. Terlintas
dalam benak jika membayangkan dirinya sekarang dan dulu sungguh sosok pribadi
yang berbeda. Tuhan sutradara hidup yang handal, Tuhan mendesign dan
mempertemukan kami dengan cara elegant dengan menempuh pendidikan S2, berada
selintas dengan orang-orang intelektual. berdoa pada-NYA, belajar menghargai
hidup, dan bekerja keras. Hidup kekinian yang identik denganku dan sahabatku.
Sahabatku ini sangatlah beruntung karena kisah hidupnya menjadikannya
lebih dewasa dan bijak memandang hidup. Tidak meledak-ledak, sabar dan ikhlas
itulah kesehariannya tiap hari. Mencoba menjadi pribadi yang lebih baik. Bagiku
apapun masa lalunya tak penting buatku karena yang terpenting adalah masa kini
kekinianku dengannya berlomba mengejar mimpi, meninggihkan semangat di atas
langit, membuat semesta iri oleh semangat kami. Membuat orang-orang tersenyum saat
mengingat kami, menajamkan kepekaan akan sekeliling, belajar dan berproses
melalui ruang waktu hingga terus tercerahkan. Sebelum semua kisah ini usai dan
berakhir saat kami menyelesaikan pendidikan S2 English Language Study pada
program pasca sarjana Unhas.
Sahabat tulisan ini teruntuk buatmu, tulisan ini hadir saat mataku 2
watt, mengantukku yang teramat sangat melandaku. Tapi cerita ini mesti
terselesaikan, tanggal 8 Oktober 2012 akan menjadi ultahmu yang special karena
dirimu di kelilingi oleh cinta kasih dan persahabatan yang tulus karena ALLAH.
Tersenyumlah selalu sahabat karena dirimu menginspirasiku untuk ulet berkutat
dengan buku-buku dan mengejar my great expectation to my future, dirimu seperti
cahaya terang yang mengisi hatiku untuk merindukan Tuhan dan bersujud.
Langit Makassar, 5 oktober 2012
Happy Birthday fadel, my best friend and sister. wish u all the best,
pray for your happiness
Tidak ada komentar:
Posting Komentar