Jumat, 29 Juni 2012

BUKAN URUSANMU (MIND YOUR OWN BUSINESS)

BY. NANI CAHYANI Sepintas bahasa ini “bukan urusanmu”, sederhana dan jika di ucapkan dengan bahasa hati yang sedang galau pastilah konotasinya negatif. Ketenangan jiwa saat membaca terletak pada seberapa besar hati kita untuk diam dan menyimpulkan sendiri. Bagian dari pemahaman diri adalah intropeksi, seperti berkaca pada diri sendiri. Tak ada yang salah dengan sedih, kecewa, marah, cemburu dan merasa. Semua adalah bagian dari diri manusia. Justru kalau rasa itu tak ada patutlah mempertanyakan apa arti seseorang itu dalam tiap detik hidupmu. Sudut pandang dalam hidup tidaklah persis sama dengan yang lainnya, terlepas dari sudut mana kita memandangnya. Bahasa,
seperti mewakili apa yang hati ingin ucapkan. Bahasa melingkupi ruang pengertian yang abstrak. Kemampuan menyusun bahasa menjadi lingkaran berkaitan tidaklah mudah karena mood biasanya berimbas pada hasil yang tertoreh. Jikalau boleh meminjam istilah linguistic tentang “plus distance” dan “minus distance” kedua istilah tersebut menunjukkan kecerdasan intelektual seseorang dalam bertutur dengan santun pada yang lain. Saya dan mungkin anda bersepakat, jika terlalu berlebihan menyayangi implikasinya rela melakukan apa saja dengan orang yang memenuhi ruang hati. Perbandingan kedewasaan akan tergambar dengan jelas bagaimana kemampuan kita beranggapan. Mmm, kata “bukan urusanmu” menginspirasi keinginan hati untuk sabar dan mengalah. Ahhh, malam ini saya berfikir mencari jawaban-jawaban yang make sense. Tak melihat kemarahannya sebagai hal yang menyakitkan, tak melihat kekesalannya sebagai pembunuhan karakter. Tapi kumelihat kata ‘bukan urusanmu’ seperti nada-nada indah yang berjabat erat dengan langit, seperti lukisan sempurna alam ketika hujan telah membasuh bumi. Ah.. kalimat ‘bukan urusanmu’ jujur tertepiskan dengan kesabaranmu mendengarkan keluhanku, itulah sisi yang teramat kuhargai darimu. Kata ‘bukan urusanmu’ mengisyaratkan ekspresi jiwa akan rasa kepercayaan yang sangat di inginkan hadir. Perbincangan hati, pkiran, jiwa, batin teruslah bersekutu menjadi satu ingin membuang jauh-jauh makna kata itu dan tak mengartikannya menjadi negative. Ah…, apapun itu kita telah berikrar untuk menjaga apa yang telah kita lukis di atas redish frame dan memupuknya selalu dengan kebersamaan, pengertian, harap dan doa-doa akan di masa depan. Beribu bintang hanya kaulah yang paling terang. Hmmm, terima kasih untuk selalu ada untukku. Tulisan ini hadir saat ku merindumu…,merindu ide-idemu, pikiran-pikiranmu dan ketajaman nalarmu. Bauau, 25 june 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar