Senin, 26 Desember 2011

MELIHAT BINTANG BERSAMAMU




BY. NANI CAHYANI
Ku rindu tuts komputer untuk menulis lagi, ku rindu saat memandangi layar laptopku, kurindu saat kalimat-kalimat puitis terangkai dengan indahnya, kurindu….., berada di ujung lautan luas tak berdinding, kurindu melebur dalam rona rembulan yang tersibak oleh cahaya, kurindu mentari bersanding di atas singasana syurgaloka, kurindu lembut jemarimu yang mengusapku manja saat sedih, kurindu dan teruslah ku merindumu dalam setiap detak tak bersuara.
Sebait bahasa kalbuku untukmu.., betapa tidak karena kecongkakkanku mengabaikanmu seharian. Engkau tetap berada di sana dan tak bergeming. Engkau hanya diam memandangku. Ku tak tahu harus bagaimana… kelu segala jiwaku. Engkau diam dan terus diam…, ingin rasanya ku memelukmu sekedar berbisik manja “maafkan aku sayang mengabaikanmu”. Namun semua hanya dalam pikiranku, sedikitpun bukan nyata. Aku hanya berani merangkai kata-kata maaf dalam pikiranku dan memuitiskannya menjadi kalimat lembut, sekedar berucap “maaf padamu”.
Sungguh.., kau masih saja diam dan tak berucap. Sayang, aku ingin kau sekedar bersuara melampiaskan kekesalanmu padaku. Namun waktu berlalu engkau tak berucap sedikitpun. Akupun diam di ujung sudut ruangan. Menyibukkan diri dengan hpku.., Mmmm seketika terdengar juga gumamanmu “Kok baru pulang pentingkanlah duniamu?”. Tatap matamu begitu menyentuh sisi jiwaku yang terdalam. Ah.. tiba-tiba suaramu memecah kesunyian. Kaupun berucap dengan manja “Sayang kita cari makan di luar ya?. Gimana kalau restaurant Lakeba atau duduk di Bukit Wantiro sekedar melihat cahaya bintang dan memandangi lautan’”. Mungkin orang lain berfikir cahaya bintang dimanapun dapat di lihat, ah.. melihat cahaya bintang buatmu tak biasa saat kita bersama itulah yang kau inginkan.
Kesabaranmu, telah menawanku hingga malam ini ku telah teraut dalam benang-benang asmara. Ahh… ada kah rasa cinta di hatiku padamu telah berbuih dan berbuih.., ah… sayang. Mentari bertasbih karena engkau menyanyangiku tulus, engkau mengajarkan arti sayang yang sesungguhnya menjaga, menyanyangi, mengalah, dan melindungi. Awalnya kurisih dengan itu semua, hingga malam ini ku sadari. Semua adalah bentuk dari perwujudan rasa sayang yang tulus. Kita adalah satu. Satu karena di persatukan oleh Sang Khalik, biarlah mentari bertasbih ketika kau dan aku hening dalam doa. Ah… hatiku mulai merinduimu, kebersaman yang terus buatku bertambah mencintaimu.
Upsss…, tiba-tiba ciuman sayangmu “tertumbuk di dahiku’ engkau berucap “dah shalat sayang?”. “Ayo donk jangan biarkan ku sendiri bertasbih pada_NYA”. “kita berdua bersama ya mencium sajadah cinta pada-NYA”.
Kau dan aku akan berjalan bersama menapaki jalan ah…. Andai selalu…,
Goresanku ketika memikirkan kisah-kisah kesakralan cinta dalam imajinasiku..,
Baubau, 26 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar