Minggu, 12 Juni 2011

SETITIK EMBUN DARI WAKATOBI HINGGA KE SORONG


BY. NANI CAHYANI
Terlahir dikala senyuman simpul tiap orang ada saat melihatnya, sedemikian menariknya sosok bayi polos, suci dan lugu itu. Ia mengedip ngedipkan matanya mungkin silau atau takjub melihat rupa orang yang menyentuhnya dan merasakan kelembutan kulitnya. Tangisnya memecah sejenak mencari sosok makhluk yang penuh dengan cahaya cinta kasih di matanya. Sosok lembut yang nampak letih namun senyuman bahagia terpancar dimatanya ketika tangannya meraih benih cinta kasih yang terlahir sempurna, sesayup terdengar alunan adzan berkumandang dari sang ayah membius lirih segala raga dan sukma, sosok mungil itu terdiam mendengarkan seakan-akan paham akan keagungan sang pencipta. segala hening tercipta, termangut-mangut oleh alunan syahdu sang ayah harapan dan doa tulus.
Setapak jalan yang dilalui tetaplah sama ketika senja menyentuhnya siang itu menyapanya dengan terik sinarnya yang panas menjalari seluruh tubuh hingga peluh karena teriknya. Anak laki-laki itu terus saja berjalan tak menghirukan hiruk pikuk keramaian di sudut desa itu, di satu bagian kepulauan yang terkenal dipenjuru dunia dengan keindahan karang lautnya memukau takjub tiap mata yang memandangnya dan menikmati eksotisnya semacam aura kecantikan wanita yang teramat suci ya... Wakatobi tiap orang mengenal daerah itu, lebih umum orang orang menyebut Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko.
Anak laki-laki itu terus berlari dengan sekencang-kencangnya sambil memegang buku rapor, dari wajahnya terpancar kebahagiaan. Terus di pegangnya buku rapor itu walau sesekali matanya melirik kebawah memastikan buku rapor itu tidak sampai terlepas dari genggaman tangannya. Hari itu satu babak hidupnya telah terlewati sedih, bahagia semua rasa itu bercampur menjadi satu yaaaa.... “,Ayah dan Ibu inilah dedikasiku untukmu ketika kuperlihatkan engkau nilai-nilaiku yang cukup membuatmu tersenyum”, bergumam si anak laki laki itu dalam hati sambil berlari otaknya berfikir keras membayangkan kata apa yang akan di ucapkan pada ayah dan ibundanya yang tercinta
Bayi mungil itu telah beranjak dewasa, sebut saja inisial ZN, pergi jauh meninggalkan kampung halaman tercinta mencoba merubah peruntungan di negeri Sorong dengan usha bisnis yang awalnya kecil-kecilan hingga sekarang beromset cukup lumayan besar dengan beberapa orang karyawan yang bekerja untuknya. ZN pun membagi waktunya antara kerja sebagai pegawai negeri sipil, sambil melanjutkan kuliah dan menjaga bisnis agar berjalan sesuai dengan keinginannya, yaaa berexpansi hingga sukses dapat teraih.
Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu begitu seterusnya masa terus bergulir tanpa sadar kisah itu terus ada dalam benaknya, simungil itu sekarang telah tahu bahwa hidup adalah nafas yang berhembus karena Engkau ya Allah ketika di usia ini melihat rumah-MU yang Suci dan menundukkan raga dan jiwa pada-MU. Walau jauh dari WAKATOBI dan berdiam di SORONG masih selalu tersimpan cerita masa lalu dari keluguan, dan kepolosan anak kecil itu terus ada dan membekas hingga saat ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar