BY.
NANI CAHYANI
Seperti
biasa hari itu Dani mempersiapkan semua barang-barang yang akan dibawanya untuk
kepantai Nirwana, sebuah pantai indah dikota Baubau. Dani adalah mahasiswa yang
sekarang sedang mempersiapkan menghadapi sidang terakhir penentuan untuk
mendapatkan gelar S.Pd. Semua orang mengenal Dani, seorang pekerja keras yang
tak pernah berhenti dengan ide-ide briliantnya mengadakan kegiatan sosial yang
melibatkan orang banyak, wajah Dani pun tampan hingga banyak mahasiswi seangakatannya,
juniornya menyukainya. Tapi Dani selaluny Dani yang tak mudah bertekuk lutut
hanya untuk masalah hati baginya yang terpenting adalah mengadakan kegiatan
sosial. Dani tipe yang detail dengan aturannya, baginya tiap saat ia bolehlah
sibuk dengan seabrek kegiatannya namun tiap hari minggu adalah waktunya
kepantai untuk melukis lukisan alam yang indah dalam benaknya.
Disiang terik Dani tiba dipantai
Nirwana, cukup panas cahaya mentari menyapanya hingga titik titik keringat
mulai membasahi wajahnya, setelah cukup lama mengitari pantai mencari tempat
untuk yang cukup nyaman untuk melukis dikarenakan hari minggu cukup ramai
pengunjung pantai yang datang akhirnya Dani memutuskan menggambar lukisan alam.
Dari rumah kecil yang berbentuk seperti pendopo diatas batu yang cukup tinggi
pemandangan Alam terlihat sempurna.. Dani pun mulai mengeluarkan perkakas untuk
melukis. Ia pun mulai menggaris alam khayalannya lautan biru, terik mentari,
debur ombak, tawa kecil yang terbawa semilir angin, suara anak yang bahagia
menyatu di ujung kedamaian yang Dani ciptakan untuk lukisan indahnya. Entah
mengapa semua lukisan alam indah dihadapannya menjadi wajah wanita berwajah
eksotis yang mengenggam kalung berbentuk hati rambut indah seuntai sebatas bahu
dimainkan angin yang berhembus, semua gambar itu terlihat dalam lukisan Dani.
Mata Dani menatap tajam lukisan yang
dibuatnya tangannya terus menggaris tiap sudut garis wanita itu, hingga saat
Dani melukis kalung hati yang digenggam wanita itu, ia berat untuk menggaris
dengan warna untuk kalung hati. Benaknya memutar kisah dipantai Nirwana 3 tahun
yang lalu, ketika ia bersama wanita dalam lukisan itu. Hei.. Dani, apa yang paling dirimu suka dari mata kuliah speaking.”
Danipun menimpali “Saya suka karena kita
diberi kebebasan berekspresi.” “Iya Dani saya sepakat denganmu” Nisa
memberikan respond. Tiba-tiba wajah Nisa berubah menjadi sedih. “Dani besok saya harus berangkat meninggalkan
kota Baubau untuk sebuah mimpiku.” Dani tersentak disiang terik itu di
Pantai Nirwana. Nisa memberinya sebuah kalung hati, Wanita yang bernama Nisa
itupun berkata
“kalung bermakna hati ini, bermakna mimpiku,
mimpimu akan dunia yang indah, dunia yang bermakna seluas samudera semegah
langit, kalung hati yang akan membawaku kembali melihatmu menjadi bintang untuk
semua mimpi-mimpimu.” Kalung hati yang bermakna persahabatan karena
persahabatan adalah kekalnya hati menjaga tiap mimpi, mmm beradalah pada
setinggi-tingginya harapanmu”.
Garis
terakhir lukisan Dani itupun untuk
sebuah kalung hati diberinya warna merah maron.
Angin
sekitar pantai Nirwana membawa suara lembut dibelakang Dani. Suara yang akrab, “Dani… lukisan untuk ku bagus sekali bisa ya
saya memilikinya?”. Dani serta merta berbalik kearah suara itu, jika cerita
kisah romantis dipantai adalah senja yang memerah saat sunset, Lukisan Dani dan
Nisa adalah terik siang yang menyapa keduanya dipantai Nirwana tentang mimpi,
cerita, angan dan masa depan yang indah.
Tulisan
ini hadir ketika benakku merindukan pantai Nirwana kota Baubau
Langit
Makassar, 25 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar