Minggu, 25 Mei 2014

SIANG DI NIRWANA




BY. NANI CAHYANI
            Seperti biasa hari itu Dani mempersiapkan semua barang-barang yang akan dibawanya untuk kepantai Nirwana, sebuah pantai indah dikota Baubau. Dani adalah mahasiswa yang sekarang sedang mempersiapkan menghadapi sidang terakhir penentuan untuk mendapatkan gelar S.Pd. Semua orang mengenal Dani, seorang pekerja keras yang tak pernah berhenti dengan ide-ide briliantnya mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan orang banyak, wajah Dani pun tampan hingga banyak mahasiswi seangakatannya, juniornya menyukainya. Tapi Dani selaluny Dani yang tak mudah bertekuk lutut hanya untuk masalah hati baginya yang terpenting adalah mengadakan kegiatan sosial. Dani tipe yang detail dengan aturannya, baginya tiap saat ia bolehlah sibuk dengan seabrek kegiatannya namun tiap hari minggu adalah waktunya kepantai untuk melukis lukisan alam yang indah dalam benaknya.
            Disiang terik Dani tiba dipantai Nirwana, cukup panas cahaya mentari menyapanya hingga titik titik keringat mulai membasahi wajahnya, setelah cukup lama mengitari pantai mencari tempat untuk yang cukup nyaman untuk melukis dikarenakan hari minggu cukup ramai pengunjung pantai yang datang akhirnya Dani memutuskan menggambar lukisan alam. Dari rumah kecil yang berbentuk seperti pendopo diatas batu yang cukup tinggi pemandangan Alam terlihat sempurna.. Dani pun mulai mengeluarkan perkakas untuk melukis. Ia pun mulai menggaris alam khayalannya lautan biru, terik mentari, debur ombak, tawa kecil yang terbawa semilir angin, suara anak yang bahagia menyatu di ujung kedamaian yang Dani ciptakan untuk lukisan indahnya. Entah mengapa semua lukisan alam indah dihadapannya menjadi wajah wanita berwajah eksotis yang mengenggam kalung berbentuk hati rambut indah seuntai sebatas bahu dimainkan angin yang berhembus, semua gambar itu terlihat dalam lukisan Dani.
            Mata Dani menatap tajam lukisan yang dibuatnya tangannya terus menggaris tiap sudut garis wanita itu, hingga saat Dani melukis kalung hati yang digenggam wanita itu, ia berat untuk menggaris dengan warna untuk kalung hati. Benaknya memutar kisah dipantai Nirwana 3 tahun yang lalu, ketika ia bersama wanita dalam lukisan itu. Hei.. Dani, apa yang paling dirimu suka dari mata kuliah speaking.” Danipun menimpali “Saya suka karena kita diberi kebebasan berekspresi.” “Iya Dani saya sepakat denganmu” Nisa memberikan respond. Tiba-tiba wajah Nisa berubah menjadi sedih. “Dani besok saya harus berangkat meninggalkan kota Baubau untuk sebuah mimpiku.” Dani tersentak disiang terik itu di Pantai Nirwana. Nisa memberinya sebuah kalung hati, Wanita yang bernama Nisa itupun berkata
kalung bermakna hati ini, bermakna mimpiku, mimpimu akan dunia yang indah, dunia yang bermakna seluas samudera semegah langit, kalung hati yang akan membawaku kembali melihatmu menjadi bintang untuk semua mimpi-mimpimu.” Kalung hati yang bermakna persahabatan karena persahabatan adalah kekalnya hati menjaga tiap mimpi, mmm beradalah pada setinggi-tingginya harapanmu”.
Garis terakhir  lukisan Dani itupun untuk sebuah kalung hati diberinya warna merah maron.
Angin sekitar pantai Nirwana membawa suara lembut dibelakang Dani. Suara yang akrab, “Dani… lukisan untuk ku bagus sekali bisa ya saya memilikinya?”. Dani serta merta berbalik kearah suara itu, jika cerita kisah romantis dipantai adalah senja yang memerah saat sunset, Lukisan Dani dan Nisa adalah terik siang yang menyapa keduanya dipantai Nirwana tentang mimpi, cerita, angan dan masa depan yang indah.
Tulisan ini hadir ketika benakku merindukan pantai Nirwana kota Baubau
Langit Makassar, 25 Mei 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar