By. Nani Cahyani
Cukup lama tak menekan tuts tuts laptop untuk bercerita
bebas. Hari ini gejolak rindu pada menulis menghentak-hentak benak, hingga
akhirnya tak perduli sebegitu banyaknya tugas perkuliahan namun tetap
menyisikan sedikit waktu hanya untuk menuangkan rindu. Kerinduan memang tak
melulu tentang rindu seorang kekasih pada belahan jiwanya namun bentuk
kerinduan menulis hari ini adalah bentuk kerinduan dalam versi sederhana, yaitu
kecintaan murni abadi pada indahnya jalinan kata-kata yang menarik dan merayu
rayu alam bawah sadarku.
Beberapa minggu ini banyak peristiwa yang merubah cara
pandangku, kisruh kecil dengan hati, pelik hati dengan logika hingga kesalahan
ucapan yang terlontar tanpa sengaja mengalir begitu saja tak bermaksud apapun
disana namun akhirnya pelik. Satu kisah yang buatku menarik kesimpulan omong kosong
jika telah sejalan tak ada masalah justru masalah hadir jika keberadaanmu
seperti menyatu separuh dalam perdebatan definisi hidup setengahnya adalah
dirimu seperti. cerita persahabatan Danny, dkk berandalan Monterey in John Steinbeck's novel Tortilla Flat, terkadang logika tak memiliki values, karena hidup makian, picik, kegelisahan, namun juga kerinduan, jadilah pelik. Mungkin sejenak rehat dari hari-harinya karena rentang waktu itu akan
terisi oleh naluriah manusiawi mengintropeksi apa yang salah. Bersabarlah
karena hati tidak mesti dipaksa untuk menyayangi, hati hanya butuh space,
berhenti sejenak setelahnya ada pelukan hangat ibu pada anaknya, pelukan kasih
kerinduan termegah kekasih pada separuh jiwanya dan hangatnya sapa sahabat
menyemangati hari dan senyum bangga seorang kawan sejati hingga berucap dia
sahabatku yang terhebat.
Tipikal hidup memang adalah pelik, kusut, memaki,
menangis dan begitu banyak polah tingkah manusia yang tak ada ujung akhirnya. Jika
masalah begitu banyak semua berakhir pada status yang terupdate facebook,
twitter, via bbm dan masih banyak lagi media jaringan sosial yang lainnya,
tertumbuklah pada ide akhir biar pergi sejauh-jauhnya, bebas sebebas bebasnya
pada akhirnya berhenti dititik jenuh merenung, mengais, menjalinkan dan merumuskan
sendiri sederhana saja tiap proses permasalahan seperti tugas perkuliahan yang
mencari bentuk penyelesaian masalah. Kita tak bisa memandang tiap penampilan
yang menarik adalah terhipnotisnya alam pikiran tapi jauh mengatasnamakan
segala ketertarikan fisik. Satu yang abadi adalah karakter, ia tak memandang
seberapa menariknya dirimu tapi yang terpenting seberapa bisa kecerdasan
berfikrmu menjadi aura yang menarik narik lembut tiap jiwa untuk bersenda gurau
dengan konsep pemikiranmu.
Makassar banyak bercerita denganku, ia bisa menjadi ibu
yang mengajarkan saya nilai hidup, ia bisa menjadi preman yang mengajarkan aku
untuk berani vokal, ia bisa menjadi sosok yang ku idolakan karena tiap tempat
saat kulewati lagu Ariel Noah begitu bersahabat disini mengalun lembut
terkedang meradang hati dan ia bisa menjadi kekesalanku saat melintasi jalanan
ketika macet hingga lorongku macet pula oleh sekelompok sapi yang melewati
jalan PK 7, mereka seperti long marching dengan gagahnya menyapa yang lainnya
untuk berhentilah sejenak untuk melihat kami. Saat itu semua terjadi, pelik
bercampur lucu mengocok ngocok perutku. Karena jujur saya dan kawanku pernah
terjebak diantara sapi-sapi itu dan dengan lantangnya kuberteriak toloooong
seakan mereka mengerti bahasaku, yang terjadi sebaliknya sapi-sapi itu
memandangku mungkin jika bisa membaca pikiran mereka, pasti mereka akan berkata
tak ada hak asasi manusia disini jika mau lewat silahkan siapa cepat dia
selamat.
Cukup sedikit terpuaskan kerinduanku untuk menulis hari
ini, tak perduli menarik atau tidak tulisan ini yang kulakukan saya hanya mau
menulis menajamkan fikiranku, bermeditasi dengan diri sendiri, dan membujuk
rayu egoku untuk tidak merindukan senda guraumu yang dulu, yang kutahu hati itu
akan kosong ketika keterbiasaanku tanpa hadirmu membatu, janganlah buat aku
terbiasa tanpa hadirmu karena jika yang lain lebih perduli mungkin dirimu akan
terlupa.
Sedikit goresan tak bermakna saat bosan, bermain-main
dengan imajinasi dan menuangkannya, jika membacanya mungkin sama dengan kisahmu
itu hanya kebetulan indah.., kebetulan indah yang indah ketika kisah kita sama,
kebetulan yang indah ketika hati tak mengenal batas dan ruang itulah rindu.
Makassar….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar