Kamis, 08 Desember 2011

BERDIALOG DENGAN HATI, NALAR DAN SELF IMAGE



BY. NANI CAHYANI
Mencari dan memaknai hari-hari dengan keyakinan dan keikhlasan, tidaklah mudah adanya. Menapaki tiap tapak-tapak jalanan yang berdebu, membuka tiap chapter hidup, berjalan dan tak menoleh pada kelam masa lalu, mmmm seperti itulah adanya ketika tak mengharap yang nyata menjadi kabur dan buram. Terpapar dengan jelas tawa, canda, gurauan yang buat setiap insan selalu merindu setiap moment kebersamaan, speechless jika hati dan nalar tak beriringan. Sendiri terkadang tak selalu terlihat sendiri karena dialog hati, nalar dan self image bergelut dalam hentakan. Ego, dengan lantang dan berserempak. Self image menjadi hantu yang menghantui akal sehat yang terpenjara.
Mmmm selalu seperti itu adanya, berputar dan mencari self identity ditengah pusaran hiruk pikuk, lalu lalang, dan kebingungan ditengah keramaian. Berdiam diri dan berdialog dengan hati sangat mengasyikkan karena terasa dunia adalah satu kesatuan yang menyatu dengan diri. Membesarkan pikiran dan tidak mengerdilkan diri, sangatlah bijaksana. Semua pemikiran ini lahir dalam ruangan saat berdiam dan mempersiapkan benakku dengan pertanyaan-pertanyaan, yang terlihat sederhana namun butuh pemahaman.
Menikmati setiap aktifitas penat, memang rasanya. Tapi ada cerita disana, yang buatku merasa sangat beruntung karena toh mendengarkan cerita-cerita orang lain, buatku kaya akan perbendaharaan cerita hidup yang berwarna. Menjadi bijaksana tidaklah mudah ada proses yang melalui ruang, waktu, pengalaman, dan pendewasaan pikiran. Setiap tapak-tapak jalan bolehlah berubah saat terlewati namun tidaklah demikian adanya hati, selalunya hati tak mau kompromi dengan nalar, toh hati melingkari pemikiran hingga lingkar sayang akan mendekapmu ego, dan self imagemu.
Pekerjaan dan aktifitas keseharian dua hal yang terus ada selagi hembusan nafas masih terus ada, dan detak jantung masih berdetak, mmm kecintaan pada satu hal jika diikuti oleh hati pastilah terbawa dan menyatu dengan jiwa, cerita ini sama adanya ketika dokter memeriksa detak jantung seorang pasien yang tidak sadarkan diri, dengan menggunakkan steteskop didengarnya detak jantung pasien itu lirih bergumam Asma-NYA terus seperti itu adanya, itulah kecintaan yang mengalir dengan indahnya. Kecintaan Ken Arok pada Ken Dedes yang elok rupa tiada tara buatnya melakukan apa saja mmm sungguh hati yang tak bernalar, kecintaan ibaratnya rasa addictive akan hal yang tak terbendung oleh apapun. Mengatasnamakan apapun itu tetaplah hati tempat luas rasa sayang yang hanya ditempati oleh semua yang terkasih.
Menaklukan hati dan berdamai dengan nalar dan logika tidaklah semudah yang dibayangkan, karena tetaplah ada self image sebagai dinding kokoh, tegap dan disitu terlihat ketegaran diri. Meski sesungguhnya weak.., kurindu saat aku menjadi aku dan dirimu menjadi dirimu, bisakah terlihat seperti itu adanya setiap saat.
Siapa dirimu, tanpa berbicarapun lihatlah siapa kawanmu karena dia adalah representative dirimu secara keseluruhan. Tak mungkin seiring sejalan jika tak ada kecocokkan butuh kesepahaman untuk berdiam dan bertemu pada satu titik pandang yang sama. Mata adalah jendela jiwa mewakili perasaan, dan bahasa kalbu. Ahh…andai kau tahu aku berdialog dengan hati, nalar dan self imageku, tapi tetap saja pesonamu terlalu kuat melumpuhkanku. nalar terlalu elegant jika tak ada self image yang arrogant. Mmmmm tak tahulah kutujukan semua pada hatimu jika kau bisa memahami tulisan ini.
Goresanku dalam kesendirian,
My private room. Baubau, 8 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar