Rabu, 07 Desember 2011

PENAT…, TAPI TAK MENGAPALAH KARENA ITULAH KEINDAHAN-NYA



BY. NANI CAHYANI
Penat juga rasanya hari ini, karena semenjak kemarin aku berjibaku dengan berkas-berkas isian dosen yang deadline pengumpulannya hari ini. Ada hal yang menarik dari aktifitas ku hari ini. Betapa ketika pekerjaan diberikan pada yang ahlinya, maka semua akan berjalan dengan mudahnya dan finish pada saat yang diinginkan. Saat kekantor dan bertemu rekan-rekan dosen, ada banyak canda yang tercipta. Terkadang menggelitik juga, umumnya publik mungkin beranggapan seorang dosen selalu terlihat serius dan menjaga image. Namun sebenarnya anggapan ini tidaklah selalu benar, karena sifat kekanak kanakan terkadang di butuhkan dalam konteks yang berbeda.
Diskusi-diskusi saat rehat di kantor, biasanya adalah hal-hal yang menyangkut masalah kependidikan atau akademik. Bagiku cukup menarik saat mendengarkan penjelasan dosen senior tentang masalah kurikulum atau aturan-aturan akademik yang terkritisi oleh pandangan mereka. Saat duduk dan mendengarkan bukanlah pekerjaan yang sia-sia karena justru nalarku berusaha untuk memahami, dan terus berproses untuk belajar.
Tiap karakter individu adalah keunikan tersendiri buatku, pelabelan atau apapun istilah yang kita buat untuk menjustifikasi karakter dari tiap individu, mungkin adalah kesalahan fatal saat kita tidak melihat dari sisi yang berbeda. Istilah pelabelan negatif yang cukup familiar adalah “stereotype” atau mungkin “xenophobia”. Definisi Stereotype dalam Collins Cobuild dictionary adalah “a fixed general image or set of characteristics that a lot of people believe represent a particular type of a person or thing”, sedangkan xenophobia adalah “strong and unreasonable dislike or fear of people from other countries” yang artinya secara umum tampilan pemikiran yang telah terset bahwa satu komunitas, biasanya mewakili sifat setiap karakter atau rasa benci pada satu komunitas yang mengakar.
Masyarakat akademik biasanya, memiliki pola pikir yang intelek dan berpandangan luas kedepan, mereka selalu memiliki visi dan misi yang cemerlang dengan memberikan argumen-argumen yang logicable saat berdiskusi, biasanya references dan sumber data menjadi patokan. Tepatlah kiranya akademisi selalu berpatokan pada pandangan ilmiah dan teori para ahli yang telah terbukti valid karena melalui proses pemikiran dan pembuktian ide yang intelek.
Karakter yang berbeda-beda bagiku adalah suatu keunikan tersendiri. Didalamnya ada proses pembelajaran, penerimaan pada tiap karakter. Penghargaan atas hasil yang telah dicapai. Pemikiran mngkin belumlah terlalu matang karena belum terdewasakan oleh waktu, dan pengalaman. Terkadang diam dan menjadi pendengar setia, cukup megasyikkan yaaa long term memoriku berusaha untuk mensavenya dalam fileku yang kusebut dengan brain. Tidak ada batasan giga byte untuk menyimpan file dalam CPu yang disebut dengan brain, ciptaan sang Khalik adalah Kesempurnaan.
Teringat perbincanganku dengan kakakku yang sekarang sedang menyelesaikan studinya pada fakultas kedokteran UNHAS.., kakakku selalu berucap “tanpa kau sadari kau telah menggambar masa depanmu”. Dulu statement ini sedikit membingungkan buatku namun kini aku paham, kakakku sedang memberiku suatu pencerahan pemikiran yang tercerahkan oleh ide-ide untuk menjadi kreatif dengan menuju altar firdaus pngetahuan.
Menjadi dosen dan mengajar di Universitas bagian dari impianku sejak kuliah, namun tak pernah terlintas sedikitpun, bahwa tangan Tuhan mewujudkan mimpi-mimpi itu. Setiap proses perkuliahan kunikmati dengan indah, karena buatku saat itu. Beban adalah hal yang terindah jika kita menikmati tiap intisari keindahannya, seperti kutipan dalam Lasykar Pelangi karya Andrea Hirata “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”.
“Personal Branding” tidaklah dengan mudah tercipta tapi butuh proses menuju kearah itu, dengan terus meningkatkan kualitas dan kemampuan penalaran yang bagus, selalu peka dengan keadaan sekeliling dan fokus pada memanusiakan kemanusiaan, melihat anak didik sebagai pribadi yang unik dan mencintai mereka dengan hati, tidak menilai mereka dari nilainya atau penampilan presentasi didepan kelas tetapi respondlah pada kecintaan dan ketertarikan mereka pada ilmu pengetahuan. Serta kemandirian mereka untuk berusaha menghadapi riak-riak hidup yang tidaklah mudah.
Mmmm ketika salah tidaklah mengapa toh salah membuat orang belajar untuk lebih baik, ketika takut tak mengapalah justru, membuat kita menghimpun kekuatan untuk menjadi kuat. Ketika sedih justru air mata akan mencairkan kekerasan jiwa, ketika mencintai justru kita belajar memaknai keindahan anugerah-NYA, Ketika benar janganlah terlalu merasa benar karena keselfishan mungkin akan muncul. Ketika jatuh ada banyak cinta disekelilingmu yang akan menyadarkanmu, bahwa ada banyak cinta dan perhatian yang dulu kau abaikan. Belajar menerima segala perbedaan dan mencintai perbedaan itu seperti pelangi yang terlihat indah karena banyaknya warna-warna yang berbeda. Refleksi lautan tempat terendah dimuka bumi menerima air hujan, air sungai, selokan semua bermuara pada lautan, toh dengan kerendahannya dan keikhlasannya menerima. Lautan menjadi teramat sangat megahnya berpendar warna kebiruan yang teramat sangat indah. Andai… kita selalu tercerahkan…, semoga.
Goresanku saat lagi penat dikamar.
Baubau, 7 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar