Minggu, 25 Mei 2014

SERAUT RINDU TELAGA BIRU

Illustration: Steven and Anna

By. Nani Cahyani
Seperti biasa wanita muda itu, bekerja di depan layar komputer. Sebut saja namanya Anna. Tugasnya memastikan penumpang pesawat yang check in, untuk penerbangan berikutnya. Bekerja di bandara merupakan hal yang menantang, karena kemampuan menguasai berbagai bahasa sangatlah penting. Bandara itu dikenal dengan nama bandara Betoambari, lokasinya berhadapan dengan Universitas Dayanu Ikhsanuddin. Private university terbesar di kota Baubau. Walaupun ada beberapa rumah penduduk yang menghalangi sisi berhadapannya. Namun tidak mengurangi nilai keindahan bandara ini yang lokasinya menghadap kelaut, sisi lain keunikan bandara ini.
Beberapa penumpang terlihat sibuk, mengangkat tas bawaan masing-masing. Ketika pesawat yang di tunggu telah tiba, terlihat juga ada peluk hangat sepasang pasangan muda mungkin melepas kekasihnya, beberapa anak-anak kecil berlarian berkejar-kejaran. Sebagian penumpang yang lain disudut timur, sibuk dengan benak masing-masing. Jika pikiran mereka dapat  terlihat dengan kasat mata. Pikiran-pikiran itu pastilah bergelanyut-gelanyut dan mencari bentuk dan jawabannya sendiri-sendiri.
Penantian yang panjang di bandara Betoambari, akhirnya lenyap sudah. ketika pesawat jenis Sushi Air tiba. Senyum pun mengembang, terang mata berbinar ada kerinduan seorang ibu pada anaknya, ada kerinduan kekasih yang lama di tinggalkan, ada kerinduan teman pada seorang sahabatnya, seperti “Platonic Love” (mencintai seperti saudara).
Diantara baris penumpang yang tiba, ada seorang laki-laki muda berumur kurang lebih tiga puluh tahun,  yang menyolok darinya karena kulitnya yang terang. Mata berwarna agak kebiru-biruan dan ditambah dengan dagu yang terbelah dan hidung yang bangir. Menjadikannya berbeda dengan penumpang yang lainnya.  Perawakannya yang berbeda dari orang lain. Dapatlah di tebak bahwa laki-laki muda itu, berasal dari negara eropa. Saat sedang berjalan, pemuda eropa itu, terlihat sibuk berbicara dengan seseorang melalui handphone. Ia berucap dengan bahasa yang sangat kental aksen Britishnya “hi, I just arrived in Baubau, let mum knows, Jane”. Nampak percakapan itu antara adik dan kakak, closing dengan kalimat “watch my car and the garden make sure, you tell mum. Iam arrived safely”, bye.., will call you back, soon when I arrived in Opa’s house”.
Laki-laki asing itupun berjalan menuju tempat beberapa petugas bandara, ia pun seperti sedang menanyakan tas bawaannya yang belum tiba. Body language menggambarkan ke petugas bandara. Dengan bahasa Inggris lumayan bisa di mengerti oleh petugas bandara. Namun sempat juga ada kebingungan dari wajahnya. Tak puas dengan penjelasan petugas bandara. Terlihat bingung petugas bandara itu pun memanggil seorang wanita, sebut saja namanya adalah, Anna. Petugas bandara memanggil Anna, “kesini sebentar, Anna”.
Anna pun bergegas menghampiri mereka, “tolong dengarkan apa yang di maksud bule ini, karena aksen Inggrisnya agak susah kami mengerti”. Anna pun berinisiatif bertanya pada laki-laki asing itu. Yang lagi menunduk mengambil peta Buton yang jatuh dari genggamannya. Peta itu berukuran kecil. Jarak Anna dan bule itu dekat. Hingga, saat Anna berkata “excuse me, sir!. Can I help you”. Voice itu terdengar lembut ditelinga laki-laki asing itu. Dan ia pun menengadah dan tanpa sengaja kepala laki-laki asing itu berbenturan dengan kepala Anna.., “Upsss aduh”. Anna pun sedikit kesakitan namun terlihat lucu karena orang asing tersebut berekspresi spontan dan memegang pundak Anna dan berkata “,Oh my God, Iam so sorry”. Are you alright!. Anna Nampak kikuk dan berseloroh kecil “Iam ok, sir”… Anna berusaha menunjukkan smiling facenya. Keduanya seperti membeku ketika mata beradu pandang.. telaga bening biru pemuda eropa itu, beradu pandang dengan lembut kecoklatan berwarna terang dan teduh, milik Anna. Ada rasa yang tidak biasanya mengalir menjalari keduanya.
Sadar dari keterpukaan, Anna pun berusaha mengalihkan kebekuan yang berlangsung beberapa detik itu, dengan berfikir mencari “ice breaking” yang tepat. “,What’s your name, sir?”. Oh ya, Laki-laki asing itu berkata, “Iam Steven Robertson”, dengan sedikit nervous yang tidak bisa di hilangkan dari gelagatnya. “My name is Steven”. Anna pun menimpalinya dengan berkata “What can I do for you, Mr. Steven?”. Ternyata laki-laki eropa yang di temui Anna bernama Steven. Bagi Anna nama Steven sangatlah tepat buatnya karena Anna tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada fisik sempurna Steven, perhatian yang di tujukan Steven pula pada Anna saat terjadi insiden kecil kepala mereka berbenturan, menunjukkan Steven seorang yang berhati lembut. Pikiran itu seakan berkelebat dalam benak Anna., Anna pun bergumam dalam hatinya sendiri “,ahh…. toh’  semua hanya kebetulan”.
Steven pun tak terlalu lama berbincang meninggalkan Anna, ia pun menuju taksi yang menunggu di luar bandara. Taksi itupun meluncur meninggalkan bandara Betoambari. Steven menunjukkan note kecil pada supir taksi, disitu tertera alamat rumah, JL. La Ode Boha No. 14, Kel. Lanto. Beberapa menit kemudian, Steven telah tiba di rumah Opa, Lelaki yang menyambutnya terlihat tersenyum, dan mempersilahkannya masuk kedalam. Dari garis garis wajah opa terlihat raut kebijakan dan kebaikan hatinya. Dengan Bahasa Inggris yang seadanya Opa berkata “this is your room, hope you like it”.
Steven pun beristirahat sejenak, memulihkan tubuhnya yang agak kelelahan. karena telah menempuh perjalanan jauh, England negeri jauh di eropa, Jakarta, makasar dan Baubau. Penerbangan yang cukup melelahkannya. Kedatangan Steven cukup menarik perhatian orang-orang disekitar rumah Opa. Yaaa, seorang eropa adalah semacam hal yang di anggap lebih.. walau kenyataannya anggapan ini tidaklah selamanya benar. Tapi apapun itu kita mestinya mellihat dari sisi positifnya saja. Bahwa ketertarikan pada hal yang berbau western, akan menarik rasa keingintahuan untuk mempelajari bahasa Inggris.
Menjelang sore sekitar pukul lima, saat steven duduk diberanda rumah opa, tiba-tiba matanya menangkap sesosok wajah wanita yang di temuinya di bandara, wanita itu Anna. Detik waktu seakan mempertemukan keduanya kembali. Steven merasakan hal yang tidak biasa dirasakannya, rambut berwarna hitam Anna tergerai.., Nampak identik kecantikan wanita asia yang tiada tara. Debar jantung Steven, mendera-dera saat sosok Anna berjalan mendekati Steven. Wajah keterkejutan Anna Nampak berbalut manis dengan dagu yang ibarat lebah bergantung. Tatap lembut matanya, menembus dinding hati Steven. Pemuda eropa ini mungkin telah terbiasa melihat wanita-wanita eropa. Namun sosok Anna, teramat sangat membuatnya melingkari samudera dan menyapa Firdaus dalam ruang khayalnya.
Waktu seakan berhenti sejenak menjadi bisu, oleh diam keduanya. Yaa sang cupid (dewi asmara) telah memanah hati keduanya. “Oh, Mr. Steven. What a lovely surprised to see you here!”, I have’t told you yet, my name is Anna”. Steven pun berkata. “oh.., Iam confused, actually. coz I met u in a airport then now I meet you here’. Keduanya pun nampak akrab bercerita-cerita dan sesekali pecah tawa mereka.
Detik-detik, waktupun bergulir dengan cepatnya, mula-mula ia menyedapkan pandang hanya karena parasnya, hingga kemutlakan cinta menyapa hati keduanya, terbawa pada kedekatan hati. Sebulan telah berlalu tiba, steven pun harus kembali ke negaranya nun jauh disana… England. Akan ada hati yang terluka atau kisah ini hanya seperti penggalan kisah dongeng buat keduanya, entahlah…, akan ada hati yg tersakiti, merindukan, dan menangis dalam diam. Mmmm, bagaimanapun detik itu akan terampas paksa dari keduanya…, atau permainan takdir menyatukan mereka…,
Kebersamaan Steven dan Anna telah menjadi buah bibir pembicaraan. Keluarga Anna juga membahasnya, menurut mereka Steven bukanlah laki-laki yang tepat untuk Anna. Dengan pertimbangan perbedaan yang terlalu mencolok. Hubungan keduanya pun seperti di titik nadir. Bagi Steven perbedaan budaya adalah hal yang wajar-wajar saja, pandangan steven yang liberal dan pemikiran British yang sarat dengan logika. Membuatnya tak ambil pusing dengan semua perbedaan-perbedaan itu. Bagi Steven cinta dan rasa sayang pada Anna tak akan tergantikan dengan apapun.
Steven yang berada di kota Baubau untuk tujuan penelitiannya pun.  Akhirnya memutuskan kembali kenegaranya. Namun janji dan harapan tetap terpatri, untuk kembali lagi ke kota Baubau. Menyunting kekasih  hatinya, pertemuan keduanya pun di tepi telaga biru. Gemercik air telaga turut bersedu-sedu menjadi saksi kegalauan hati keduanya. Desau-desau dedaunan disekitar telaga seolah berbisik hasrat yang merindu. Mentari senjapun mengintip malu-malu di sela-sela cabang pepohonan. Seakan ingin menjadi saksi keduanya. Alam pun hening dan syahdu. Titisan paras elok, Sang Dewi jiwa lunglai… dan terhempas gusarnya. Menatap mata kekasih. Ah… telaga biru saksi cinta Steven dan Anna.
Steven memeluk erat tubuh Anna, desir jantung keduanya meronta-ronta. Ada hasrat dan gairah yang tertahankan namun bagi Steven. Anna ibarat berlian indah yang tak pernah disentuhnya, seperti menyentuh wanita-wanita eropa sebelumnya. Rasa sayangnya pada Anna adalah murni cinta dan sayang yang teramat sangat tulusnya. Rasa sayang itu bukan nafsu yang meluap luap, Rasa itu adalah menjaga, menyayangi, melindungi, ah… inilah pasangan jiwa tulang rusuk yang hilang.
Steven pun melaepaskan pelukannya dan mengangkat dagu Anna sembari berucap “, I just want you to trust me that I’ll come back to you”. “I finish my study and talk to may parents about you”. “Anna, the only thing in my life now, is you”. Iam crazy but I’m in love.. really in Love with you. “will you marry me”. Sembari bersimpuh, cara romantis yang biasanya dilakukan oleh orang-orang eropa untuk meminang wanita menjadi pendamping hidupnya. Steven mengeluarkan sebuah cincin berlian berwarna biru cahayanya berpendar menyatu dengan telaga biru. Cincin itupun melingkar manis di jari Anna. Diciumnya kening itu dan Steven pun berbisik lembut di telinga Anna “I Love you until the rest of my life”.
Tiga bulan berlalu semenjak pertemuan di telaga biru. Steven telah kembali kenegaranya. Sedang, Anna terus sibuk bekerja di bandara Betoambari. Kesibukannya cukup membantunya menlupakan Steven.. yaaa terkadang gusar, galau… semua menjadi satu. Adakah janji kan terpenuhi?. Adakah kerinduan bermuara pada pertemuan?.. semua pertanyaan ini terus mengetuk-ngetuk dan bersuara nyaring di benaknya. Mmm, The Absence makes heart grows fonder (pertemuan yang jarang akan membuat hati seakan jauh), out of sight out of mind (hilang dari mata maka akan hilang dari pikiran).
Jauh diseberang sana saat “Spring” (musim semi) bunga-bunga bermekaran. Steven baru saja menyelesaikan ujian akhirnya. Bahagia dan gelisah, mengingat kekasih hatinya yang jauh di Indonesia tepatnya di kota Baubau. Steven telah mendiskusikan pada orang tuanya tentang rencananya meminang Anna. Gadis berparas manis dan eksotis. Restu dari kedua orang tuanya pun telah di dapat. Pandangan orang tuanya, yang teramat British memberik an sepenuhnya pilihan hati Steven pada Steve. Mengambil keputusan dan menentukan hidupnya.
Akhirnya hari yang telah di tunggu, telah tiba. Steven bersama orang tua dan keluarganya, berangkat ke Indonesia. Kebahagiaan memuncak dibenak Steven.. Ah.. betapa rindunya pada Anna. Betapa derasnya dorongan hati menembus langit dan tepat jatuh menembus hati seorang perawan berparas elok, Anna.
Steven dan keluarganya pun tiba di bandara Betoambari, tapi sosok Anna tak di lihatnya. kegusaran hati melanda Steven. Oh… Anna, “Iam here for you”. Where are you?”. Pertanyaan yang di jawabnya olehnya sendiri. Secepatnya, taksi itu membawa Steven dan keluarganya di rumah sederhana Opa (pria bijak yang menemani keseharian Steven di kota Baubau). Setibanya disana steven memeluk Opa dengan erat dan memperkenalkan orang tua dan keluarganya pada Opa. “Dad and Mum, this opa. Opa this is Dad and Mum  and this is my sister Jane.” And over there my uncle, Patrick and my aunt Sally”. Opa terlihat bahagia walau sedikit tak paham dengan perkenalan itu.. yaaa, benak opa berusaha keras mencari arti kata uncle and aunt.
Tanpa membuang-buang waktu, steven beranjak dan pamit pada orang tuanya. Getar hati seakan tahu dimana Anna saat ini. “Mmmm… blue lake”… She must be there “. Steven bergumam dalam hatinya.
Dengan perlahan steven, berjalan menuju telaga biru sekitar tiga ratus meter dari rumah Opa. Air telaga itu masihlah sama warnanya. Semakin membiru, membiru seperti birunya hati. Dara manis nan eksotis Asia itu, masih disana duduk dan memainkan jemarinya mengikuti irama air telaga. Steven tersenyum melihatnya. Tepat saat ia berada di belakang Anna. Steven memanggil Anna. Anna “Iam here”. Anna merasa seakan bumi yang di pijaknya bergetar keras, oleh suara lembut steven. Keduanya pun berpelukan, menumpahkan rindu yang tak tertahan. Sembari steven berucap “I come back for you coz I love you with all my heart”. “Nothing takes us apart”. I promise you”. Cincin berlian biru itu masih di jari manis Anna. Ah… semuanya masih sama.
Cinta tak berlogika, tidak marah,  tidak cemburu, menyanyangi, memaafkan, menjaga, dan  rela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar