Rabu, 07 Mei 2014

RUANG INDAH DISUDUT HATI

By. Nani Cahyani
Semalam aku melewati sebuah sudut di desa kecil di ujung kota Baubau, perasaan bahagia tiba-tiba menyeruak dalam fikiranku. Sudut yang kulewati tak bermakna apa-apa buat yang melewati sudut itu karena mereka tak mengalami apa yang kualami, perasaan yang seakan akan menyelimutiku dengan kebahagiaan ketika melewati sudut yang berada dibawah pohon rindang. Seseorang tersenyum disudut itu padaku, seolah-olah bahagia menyelimuti segenap penjuru langit dan bintang gemintang berkedip dengan riangnya melihat terpautnya padangan pada pemilik teduh mata yang menawan nalarku. Sesaat ketika melewati sudut itu, kutak perduli pada yang lain rombongan tour yang ku ikuti. Aku sengaja membiarkan langkah langkah mereka mendahuluiku karena mata teduh dan pemilik senyum itu menunjukkan sesuatu. Dengan tak diminta akupun sesaat berhenti sejenak berbincang dengannya, “Maaf ini ada sedikit cendramata gelang tangan yang kubuat dari rotan dan kurajut dengan bahagia, mmmm nama saya Yusuf biasanya orang memanggil saya dengan sebutan suf.. singkat unik tapi itulah namaku yusuf disingkat suf hehehe”. Akupun hanya tersenyum dan selanjutnya berucap ”ia terimakasih nama saya wulan.. (sambil tersenyum) maaf  yusuf rombongan saya meninggalkan saya menuju bus tour” . Yusuf pemilik mata teduh itu nampak kikuk sesaat hingga sejenak terdiam dan tuturnya terucap ringan namun penuh kehati hatian “mmm maaf nomor teleponnya Wulan”. Saya yang tidak mudah memberi nomor hp pada orang yang baru kukenal tapi entah mengapa pertanyaan itu kutunggu dari pemilik mata teduh, Yusuf. Hingga sayapun bergegas meninggalkan yusuf terpaku dan diam saat ku melewatinya dan berlalu.
            Sudut yang kulewati begitu bermakna hingga malam saat bus tour kami melewati sudut itu, beberapa hari berlalu, siang dihari selasa aku tersenyum bahagia mendapatkan sms Yusuf yang bertanya “apa kabar Wulan?” . Aku seperti berselimut bahagia yang tak kumengerti darimana asalnya perasaan itu. “baik Yusuf, dirimu?”. Jawabanku dan pertanyaan Yusuf mengalir dengan ringan hingga intensitas sms berkirim kabar antara kami seperti sebuah kebutuhan, seolah olah ada yang hilang jika hari terlewati tanpa percakapan ringan yusuf dan aku. Hingga dengan sendirinya diriku mengetahui yusuf sekarang berada di Australia untuk studi S2 jurusan sastra English, betapa sipemilik mata teduh yang membuat damai jiwa telah memperhatikan rombongan tour kami semenjak berkeliling disudut yang bersejarah di Kota Baubau hingga Yusuf meninggalkan tanah kelahirannya Buton untuk impian indah meraih masa depan. Dan aku dengan diriku yang terus sibuk dengan tugas sebagai guide sebuah tour traveling. Sudut yang mempertemukanku dengan Yusuf lantas memisahkan kami kupandangi setiap kali melewati sudut itu, adakah sudut itu sengaja tercipta untuk mempertemukanku dengan Yusuf, pertanyaan yang tiada henti terceletuk dalam ruang indah disudut hati. Aku bangga memiliki Yusuf hingga persahabatan kami terjalin tulus melalui sms, tiada yang terucap antara kami karena tulus kuingin bangun persahabatan dengan ketulusan mempercayai bahwa kekuatan kebaikan akan tinggal lama karena kebaikan mengajarkan banyak hal tentang usaha melembutkan hati.
            Tiga tahun berlalu sejak pertemuanku dengan Yusuf, dia mengabari akan pulang ke Indonesia. Aku tak mengharapkan apa apa dari Yusuf sekedar bertemu dengannya dan mengatakan betapa kangennya aku pada lelaki pemilik mata teduh itu. Sudut yang kulewati, aku dan Yusuf berjanji bertemu disudut itu mengulang kisah persahabatan kami yang berawal dari sudut itu. Membayangkan Yusuf dengan kesederhanaannya hingga mungkin menggengam tangannya lantas berbisik kangen. Ah fikiran fikiran yang berusaha kumatikan karena setulusnya Yusuf sahabat yang mengajarkanku banyak hal melalui tuturan tuturan smsnya bukan apa yang bagian dari diriku inginkan mmm. Hingga tepat disudut itu dibawah rindang semilir angin yang tepat dibawahnya jika memandang kebawah bayangan sempurna wajah langit terpantul di tiap sudut dibawah pohon rindang yang menjadi saksi kebisuan sang alam yang takjub pada semesta megah. Itulah sudut yang kumaksudkan yang mempertemukanku dengan yusuf.
            Menunggu Yusuf, yang tak kunjung tiba. Hingga seseorang hadir wajahnya serupa dengan Yusuf walau ada perbedaan yang tidak terlalu mencolok namun sepintas lelaki itu mirip Yusuf. Maaf kakakku Yusuf menitipkan pesan ini sebelum pergi didunia impiannya yang indah.
Wulan jika pesan ini tiba padamu aku hanya ingin kau tahu kaulah alasan untuk semua kegilaan kegilaanku membuatmu bangga mengenalku dengan ukiran kehebatanku bermain dengan benak, Wulan.. ketahuilah sejak sudut itu mempertemukan kita hatiku dengan bahagia mencintai kedamaian dimatamu, senyum di wajahmu, renyah suaramu, kikuk gerakanmu semuanya seperti keindahan yang merayu rayuku tiap saat. Wulan maaf jika hatiku menginginkanmu lebih dari sahabat dan maaf tak sempat mengucapkan ini langsung padamu karena hingga detik ini aku butuh waktu untuk bisa bertemu denganmu jika bisa menghadiahkan seluruh inginmu yang kau ceritakan padaku lewat sms barulah kuraih kau, ketahuilah aku tersenyum membayangkan rumah kayu sederhana  didepan danau yang dikelilingi pohon pohon rindang dan bermandikan sinar mentari, iya rumah impian mu adalah inginmu yang ingin kuwujudkan”.
Kak Wulan, maaf jika ini menyakitimu kakakku Yusuf menjadi korban ketika menjadi sukarelawan di daerah jalur gaza palestina, ketika kak Yusuf menyelamatkan seorang bayi yang hampir terkena tembakan dan memberikan tubuhnya sebagai tameng agar bayi itu tak terkena peluru. Tapi pesan ini dberi kak Yusuf padaku seolah ia tahu bahwa ia tak kembali melihat kakak. Rumah impian dan keinginan kakak telah diwujudkannya, selama studi di Australia kak Yusuf membeli sebuah lahan dan mendesainnya sesuai keinginan kakak.
Yusuf, lelaki pemilik suara renyah dan mata teduh itu hilang. Aku hanya memandangi sudut yang memberiku bahagia lantas hilang. Bulir bulir bening air mataku teruntai mengalir begitu saja perlahan diriku terisak namun tak berucap hatiku merindu Yusuf, Yusuf seakan akan berdiri didekatku mendekapku erat dan berbisik lirih tentang rindu. Ah rasaku tentangnya adalah berbahagia lantas hilang …. Pertemuanku dengan Yusuf adalah detik dan hanya detik juga yang buatnya hilang. Mungkin itulah hidup sesungguhnya apa yang tersimpan dalam hati akan terekam dibenak dan benak juga yang merajut indahnya yang hanya akan dimengerti oleh hati. Pertemuan dengan yusuf yang hanya sekali dan setelahnya adalah intensitas bbm yang terus hingga hilang. Aku menyadari bahwa sesungguhnya walau tak bertemu namun hati kami terpautkan oleh rasa sayang, seperti itulah beda antara cinta dan sayang. Cerita tentang Yusuf adalah kisah terindahku yang hanya kelak kuceritakan pada semilir angin disudut yang mempertemukan kami.
Tulisan ini terinspirasi saat melewati sebuah sudut indah dibenteng keraton Buton. Malaikat inspirasi dan semua impian-impiannya tentang alam, serta aku dengan semua inginku akan keindahan kata-kata…

Langit Baubau, 2 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar