Jumat, 31 Januari 2014

PANTAI NIRWANA DAN CERACAU BENAKKU

-->
By. Nani Cahyani
Illustrasi 1
“,Hei kau memiliki segalanya bahkan kau telah mengenggam erat dunia ditanganmu let’s my friend wake up” kata-kata itu hadir berganti dengan banyak kicau yang lain “hebat, luarbiasa bahkan ia mampu bernyanyi dalam 5 bahasa” USA, Jepang, Italia, Perancis, Korea pantas jika dunia memujanya”, pujian itu datang bertubi tubi ketika ketenaran menghampirimu, ketenaran seperti cahaya baru yang menyala terang, popularitas seperti candu elegansi yang membalut wajah sandiwara untuk seorang bintang tiap hari adalah tepuk tangan yang meriah di tiap sudut, perlakuan istimewa karena sebuah status… semua pikiran itu menghampiri bersamaan seorang gadis yang duduk termenung dipantai Nirwana, sebuah pantai dikota Baubau.. kisah yang menarik yang kutulis hanya ketika melihat pantai biru yang desirnya mendesirkan hasratku yang meletup letup pada sebaris kata kata. Iya diriku adalah penulis yang gila akan imajinasiku hingga gelap dan desir ombak malam seperti harmoni indah yang membuatku dapat menulis. Hingga khayalan kecilku dikagetkan oleh bunyi sms seseorang diujung sana… Anna kau masih dipantai Nirwana?. Saya kesitu menjemputmu?. Dengan sedikit mengacuhkan sms itu khayalanku masih berimajinasi indah dengan benakku  namun tetap kuraih hp yang berada tepat diatas pasir putih itu, membiarkan jariku mengetik kalimat. “Iya saya masih disini. Kesini saja” Karel”. Ya nama Karel adalah kisahku pada hati yang merindu setahun yang lalu hubungan antara kami terjalin perhatiannya buatku melabuhkan hati pada cahaya matanya walau detik seperti bermain main pada hatiku yang debarnya mungkin bukan untuk Karel.

illustrasi 2
    Setelah menunggu sekitar 1 jam Karel tak kunjung hadir dan diriku masih dipantai yang meredupkan cahaya bulan pada debur ombak. “bunyi sms membuyarkan lamunanku “Anna maaf saya tak dapat kesana karena ada pasien yang penanganannya butuh diriku, teman staff rumah sakit mengharapkanku datang, maafkan sayang kali ini nikmatilah debur ombak tanpaku sesaat” profesi Karel sebagai dokter memang mewajibkannya harus selalu siap dan bagiku balasan sms bernada demikian adalah hal biasa.. “iya sayang tak mengapa”. Entah mengapa malam ini saya menikmati keberadaanku dipantai Nirwana walau malam telah memakan siang menjadi gelap.. dan malam telah mebuat bulan terkadang sesaat mengintip walau awan sesekali membuatnya bersembunyi sesaat. Fikiranku akan benakku sendiri seperti itulah adanya ya selalu seperti itu bahwa alam adalah bahasa indahku saat sendiri. Saya pun bergegas mengambil buku kecil yang selalu bersamaku saat kepantai menyimpannya dalam tas yang berada disampingku. Lantas beranjak berdiri perlahan dan melangkah diatas pasir putih.. meninggalkan pantai yang memberiku sejuta impian dan kenangan yang hanya diriku yang memilikinya. Menuju ke mobil yaris putih yang kuparkir dijalan besar depan pantai… aku harus bersiap siap untuk sebuah moment bedah buku pertamaku dihotel ternama dikota Baubau.
            Dengan sigap kumunculkan beberapa gambar point point penting slides yang kumunculkan mulai dari budaya unik dan keterhubungan sejarah yang menyatukan suku suku dikota Baubau hingga kisah tentang ketenaran dan popularitas gadis yang kukisahkan dalam novel terbaruku. Hingga sesi bertanyapun dibuka banyak pertanyaan yang memuji bahwa tulisanku seperti konektifitas yang menyatukan segalanya, ada yang mengatakan bahwa seharusnya tulisanku berakhir dengan bahagia, diantara sekian pujian dan pertanyaan ada satu yang mengangguku ketika berada dimimbar itu sebuah pandangan mata yang buatku berdebar tiap kali bertatap mata dengan sang pemilik mata itu, ia tepat duduk dibagian belakang ruangan. Dan tiba-tiba ketika yang lain hening dia meminta berbicara padaku.. ,“Anna anda penulis yang mestinya tak perlu menceritakan diri sendri dengan bangga dalam tulisanmu, karena tulisanmu hanya sebarit kertas yang sebenarnya bermakna ketika bahasanya universal.” Terimakasih sembari lelaki itu duduk kembali, sayapun menjawab komentarnya dengan berterimakasih terlebih dahulu dan dengan memberi sedikit sanggahan dan penjelasan terlihat lelaki itu menganggukkan kepalanya dan tersenyum.


Pantai Nirwana, Baubau
Cahaya mata lelaki itu hadir dan tiap kali hadir debarku tak beraturan.. ah diriku tak percaya pada kisah yang hanya sekali bertemu dan hatimu telah tertambat pada cahaya indah mata itu. Dan dirikupun menyadari bahwa Karel haruslah menjadi pelabuhan terakhir ku. Hingga dirikupun menyibukkan diri dengan tulisan-tulisan dan kembali berada dipantai Nirwana, malam itu dirikupun kembali mengunjungi pantai Nirwana menuju ketempat biasa jika diriku menyendiri.. tapi pandangan mataku tertuju pada lelaki yang duduk dengan entengnya ditempat yang biasanya kududuki dirikupun tak menganggu lelaki itu membiarkannya mengambil tempatnku. Hingga mungkin lelaki ini menyadri bahwa pandangan mataku tertuju padanya, hingga ia menoleh padaku dan saat mataku bertemu matanya walau dalam gelap nampak jelas dia yang memiliki mata yang buat debarku tak beraturan kemarin saat bedah buku. Lelaki itupun terkejut saat melihatku dan dengan cepat cepat iapun berdiri menyapaku “Anna yang kemarin saat bedah buku”.? Saya Alex, oh ya saya peminat karya karya mu”. Senyum manis Alex menambah debarku tak beraturan sesaat kunikmati senyum itu seperti keteduhan yang teramat sangat”. Mataku tak berkedip memandang pemilik mata yang teduh itu. Hingga Alex manyadari bahwa diriku terus memandangnya saat berkata hingga ia pun berguman “mmmmm maaf dirimu Anna” sambil ia menyodorkan tangannya dan akupun seperti kaget dan berkata “owh,, iya saya Anna yang kemarin pertanyaanmu kemarin memang benar tapi mungkin terlalu subjective hanya etisnya saya tidak mungkin menyanggah didepan public” entah mengapa jawabanku terdengar sangat intelek seperti diriku berusaha membuat Alex terkesima padaku. Malam itu tepi pantai dan debur ombak terus bermain-main aku dan Alex mungkin bisa menjaga jarak walau tak terpungkiri pertemuan-demi pertemuan antara kami terus terjalin hingga karel pun terabaikan. Kegilaan dan khayalan khayalan Alex sangat menyeanangkan buatku, dia membuatku merasakan makan es berjalan diatas trotoar menjadi diriku melupakan kendaraanku yang selalu menunjukkan statusku saat berjalan, Alex membuatku tersenyum setiap saat ketika kami berteriak bersama-sama dipantai saat malam dan bergenggaman tangan, Alex mengajarkanku kegilaan yang bebas saat bersama anak-anak kecil yang bermain air dikala hujan dipinggir sawah, tak ada kata cinta terucap karena bagiku tak boleh mencintai Alex ketika Karel dengan kesibukannya sesaat melupakanku. Tapi seperti itu perasaan lepas Alex.., ia hanya selalu tertawa bahagia dan dirikupun ikut tertawa bahagia saat Alex menceritakan bahwa mimpinya hanya ingin mengitari dunia sesudahnya ia ingin mempunyai sebuah rumah didepan danau..hingga kamipun tertawa saat tak sadar Alex memelukku hingga ia sadar dan melepaskan pelukannya. Entah mengapa diriku menikmati pelukannya tapi bukan perasaan yang terkotori fikiran fikiran picik namun perasaan nyaman saat membiarkan kepalaku terbenam dalam peluknya. Alex yang beriku dunia tawa atau karel yang beriku dunia yang penuh aturan.. entahlah….

To be continued.. bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar